Selama tahun 2025, pelestarian primata khas Kalimantan di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan mengalami kenaikan populasi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tercatat, keberadaan hewan berhidung jumbo tersebut hingga saat ini mencapai 40 ekor di KKMB Tarakan, atau mengalami penambahan 10 ekor dari sebelumnya yang hanya berjumlah 30 ekor saja.
Pengelola KKMB Tarakan, Heri Masdiono mengatakan, sempat terjadi fluktuasi jumlah bekantan yang berada di KKMB, contohnya di tahun 2024 jumlah bekantan justru mengalami penurunan. "Tahun lalu menurun, namun sekarang bertambah dari 30 jadi 40 ekor, selama belasan tahun ini yang tertinggi jumlahnya," ujarnya, Senin (26/5).
Menurutnya, peningkatan jumlah bekantan kurang signifikan setiap tahunnya karena pelestariannya yang terbilang cukup sulit, di mana beberapa kali bekantan yang lahir adalah bekantan jantan, sehingga tidak menciptakan penambahan populasi berkelanjutan, justru bekantan jantan saling bertarung karena hewan tersebut menganut sistem teritorial.
"Populasi bekantan itu lebih bagus kalau banyak betina, karena kalau lebih banyak jantan akan tercipta persaingan bahkan bunuh-bunuhan, mereka akan berebut menguasai area dan menjadi pemimpin di kelompok tersebut," jelasnya.
Dalam setahun bekantan hanya akan memproduksi 2 atau 3 ekor bekantan saja, sehingga menyebabkan traffic perkembangannya tidak begitu pesat, belum lagi karakteristik bekantan yang mudah stres sehingga perlu perhatian lebih pada lingkungan hidupnya di KKMB.
Dengan area lahan KKMB Tarakan seluas 22 hektare, diharapkan populasi bekantan terus dapat tumbuh setiap tahunnya, pihak pengelola juga selama ini selalu memperhatikan jam makan bekantan demi menunjang kembang biak mereka.
"Harapannya ya semakin bertambah lagi agar pengunjung dan wisatawan juga semakin ramai melihat satwa langka yang kita lestarikan," pungkasnya. (*wld)