TANJUNG SELOR – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang menjadi ciri khas periode transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Pola cuaca saat ini ditandai dengan panas terik yang menyengat di siang hari, diikuti hujan lebat dan badai pada sore hingga malam.
Kepala Stasiun Meteorologi Juwata Tarakan, Muhammad Sulam Khilmi, menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan indikator kuat dari peralihan musim yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Hingga Akhir Oktober, Curah Hujan di Kaltim Masuk Kategori Tinggi
“Fenomena ini merupakan ciri khas periode peralihan musim. Cuaca panas terjadi karena posisi semu matahari sudah berada di selatan ekuator, sehingga wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan menerima pemanasan yang lebih intens,” kata Sulam kepada Radar Kaltara, Senin (20/10).
Suhu Maksimum Capai 38 Derajat Celsius
Intensitas pemanasan yang tinggi ini menyebabkan suhu maksimum di beberapa daerah melonjak signifikan. BMKG mencatat, suhu maksimum bahkan sempat mencapai 38,2 derajat Celsius (°C) di Karanganyar (Jawa Tengah), 37,6°C di Majalengka (Jawa Barat), dan 37,0°C di Surabaya (Jawa Timur). Kondisi panas ekstrem ini, menurut Sulam, turut diperkuat oleh pengaruh Monsun Australia yang meningkatkan suhu udara.
Meski demikian, panas terik di siang hari menyimpan potensi bahaya di sore hari. Energi panas yang terakumulasi memicu pembentukan awan konvektif yang sangat cepat, berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat.
“Beberapa wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua berpotensi mengalami hujan lokal disertai kilat dan angin kencang,” terangnya.
Pengaruh Gelombang Atmosfer dan Bibit Siklon
Sulam menambahkan, peningkatan pembentukan awan hujan ini juga dipengaruhi oleh aktivitas atmosfer berskala regional, seperti adanya Gelombang Rossby dan Gelombang Kelvin. Selain itu, Bibit Siklon Tropis 96W yang terdeteksi di timur Filipina, serta sirkulasi siklonik di barat Sumatra dan Laut Natuna, turut membentuk daerah konvergensi yang mendukung pertumbuhan awan hujan, termasuk di kawasan Kalimantan Utara.
BMKG memprakirakan kondisi cuaca dengan pola cerah hingga berawan pada pagi dan siang hari, diikuti potensi hujan pada sore hingga malam hari, akan berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025.
“Kondisi atmosfer masih labil, sehingga peluang terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat tetap ada. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan seperti banjir dan pohon tumbang,” pungkas Sulam. (*)