Seekor orangutan betina bernama Popi baru saja menyelesaikan perjalanan panjang yang mengharukan: kembali ke hutan setelah hampir sembilan tahun menjalani rehabilitasi. Kisah Popi adalah simbol harapan bagi upaya konservasi, karena ia diselamatkan saat masih bayi, dengan tali pusar basah dan tanpa induk, tanda bahwa usianya baru sekitar satu bulan.
Direktur COP, Daniek Hendarto, mengenang perjuangan Popi yang dimulai pada 21 September 2016. Saat itu, Popi ditemukan dalam kondisi lemah dan mengalami gangguan pernapasan.
Baca Juga: Popi Berhasil 'Sekolah Hutan', Pembuktian Keberhasilan Rehabilitasi untuk Satwa Liar
"Tapi berkat penanganan intensif dari tim medis dan perawat, Popi bisa bertahan dan tumbuh sehat," ujar Daniek. Selama hampir satu dekade di pusat rehabilitasi BORA, Popi dilatih untuk kembali menjadi liar, mulai dari memanjat pohon hingga mencari makan sendiri. Pelepasliaran Popi ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat pada 10 Agustus 2025 menjadi puncak dari perjuangan panjangnya.
Wujud Kolaborasi Multi-Pihak di Kaltim
Keberhasilan pelepasliaran orangutan Popi ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat pada 10 Agustus 2025 tidak hanya menjadi capaian satu lembaga, melainkan wujud nyata dari kolaborasi multipihak. Kepala BKSDA Kaltim, M. Ari Wibawanto, mengungkapkan bahwa operasi ini adalah hasil kerja sama yang solid antara berbagai pihak.
"Pelepasliaran ini adalah hasil kerja sama antara Kementerian Kehutanan, BKSDA Kaltim, Dinas Kehutanan Provinsi, KPHP Kelinjau, COP, serta masyarakat lokal," jelas Ari. Sinergi ini menunjukkan komitmen kolektif untuk melestarikan satwa liar dan habitatnya. Ari menambahkan bahwa semua pihak memiliki misi yang sama, yaitu mengembalikan satwa ke habitat aslinya dan menjaga keseimbangan ekosistem. Setelah dilepasliarkan, tim monitoring akan mengawasi Popi selama tiga bulan untuk memastikan ia dapat beradaptasi dengan baik tanpa gangguan dari manusia.(*)