kutai-timur

Lutung Drakula, Primata Misterius Kaltim, Hidup Berkat Kearifan Lokal Dayak Wehea

Selasa, 2 Desember 2025 | 08:51 WIB
Lutung Kutai (Presbytis canicrus)

SAMARINDA – Lutung Kutai (Presbytis canicrus), salah satu primata paling misterius di Pulau Kalimantan, yang sempat dinyatakan hilang dan nyaris punah, kini muncul kembali dan menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis adat. Spesies ini dijuluki "Lutung Drakula" karena ciri fisik uniknya: warna putih atau abu-abu yang sangat dominan di leher hingga dada, menyerupai jubah.

Saat ini, keberadaan Lutung Kutai dilaporkan hanya ditemukan di dua lokasi: Hutan Lindung Wehea dan Taman Nasional Kutai. Meskipun sebarannya sangat sempit dan secara global berstatus Endangered (Terancam), Lutung Kutai belum termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi secara hukum di Indonesia.

M Arif Rifqi, Spesialis Spesies Terancam Punah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), menduga status hukum yang belum jelas ini terjadi karena ketiadaan data sains yang memadai saat penyusunan Peraturan tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi (P20 tahun 2018). "Sampai sekarang jenis ini juga masih belum termasuk jenis dilindungi, walaupun sebarannya sempit dan kondisinya terancam," ujar Arif Rifqi.

Keberlangsungan hidup Lutung Kutai saat ini sangat bergantung pada pendekatan adat yang diterapkan oleh Suku Dayak Wehea di Hutan Lindung Wehea. Hutan lindung ini menjadi model bagi Indonesia karena dikelola dengan melibatkan masyarakat adat.

Edy Sudiono, Manajer Kemitraan Program Terestrial YKAN, mengatakan bahwa masyarakat adat Dayak Wehea telah secara aktif menjaga hutan sejak tahun 2004, yang terbukti efektif menghentikan aktivitas ilegal seperti penebangan dan penambangan.

"Masyarakat suku dayak Wehea yang cukup kecil penduduknya, dia membuat 'model' lokal untuk nasional dan untuk dunia sebetulnya dengan mengelola hutan lindung Wehea," kata Edy Sudiono.

Arif Rifqi menambahkan, penemuan kembali Lutung Kutai—yang sempat disalahpahami sebagai Presbytis frontata (lutung dahi putih)—di Hutan Lindung Wehea menjadi pengingat bahwa kearifan lokal adalah benteng terakhir yang sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati Indonesia.

Penelitian YKAN menggunakan kamera jebak (trap) menunjukkan deteksi primata ini cukup banyak di kawasan Sepan (tempat satwa mencari sumber air kaya mineral). Namun, Lutung Kutai dikenal sebagai satwa yang sensitif dan sulit diikuti, sehingga pengetahuan tentang ekologi dan perilakunya masih minim. (*)

Terkini