Di tengah era digital dan gaya hidup cepat, anak muda saat ini punya banyak peluang untuk berkembang secara finansial. Tapi di sisi lain, ada banyak jebakan keuangan yang mengintai hal-hal kecil yang kelihatannya sepele, tapi perlahan menggerogoti dompet.
Banyak yang merasa gaji hanya sekedar numpang lewat. Baru awal bulan sudah harus tarik nafas liat saldo rekening. Apa bubuhan termasuk orang yang begini? Kalau iya, bisa jadi bubuhan terjebak dalam kebiasaan finansial yang tampak biasa, tapi punya efek yang luar biasa. Berikut 5 kebiasaan umum yang sering jadi penyebab bocornya keungan anak muda:
Baca Juga: Kenapa Tidur Berkualitas Lebih Penting daripada Tidur Lama?
1. Beli Kopi setiap Hari Seperti Rutinitas
Siapa yang nggak suka kopi susu dingin di kedai favorit? Rasanya menyegarkan, apa lagi saat lelah kerja atau kuliah. Tapi kalau dihitung-hitung, setiap kopinya berkisaran harga Rp.25.000 kaliakan saja dengan 30 hari dalam sebulan, jumlahnya sampai Rp.750.000 belum lagi camilan yang harus di beli saat menemani minum kopi.
Uang sebesar itu sebenarnya sudah bisa jadi dana darurat awal, cicilan investasi, atau bahkan membayar asuransi. Menurut survei Katadata Insight Center (2023), sekitar 34% anak muda Indonesia mengaku menghabiskan lebih dari Rp.500.000 per bulan hanya untuk minuman kekinian dan jajan. Kalau tidak dikontrol, pengeluaran ini bisa jadi kebiasaan konsumtif yang sulit dihentikan.
2. Belanja Implusif Saat Ada Flash Sale
Promo 7.7, 8.8, sampai 12.12 selalu menjadi momen yang menggoda. Harga kelihatan murah, ditambah diskon, gratis ongkir, dan voucher, membuat bubuhan langsung klik beli sekarang tanpa mikir panjang.
Padahal tidak semua yang dibeli benar-benar dibutuhkan. Bahkan survei dari Tirto (2022) menunjukkan 52% anak muda menyesal setelah belanja implusif saat promo online. Ini bukan soal belanja tapi pola pikirnya yang ingin cepat puas, tanpa adanya control jangka panjang.
3. Langganan Semua Platfrom Streaming
Netflix? Ada. Spotify? Langganan. Disney+? Nyala juga. Belom lagi YouTube Premium, Apple Music dan yang lainnya. Tanpa sadar bubuhan pasti bisa menghabiskan Rp.100.000-Rp.300.000 perbulannya hanya untuk layanan yang tidak semuanya bubuhan pakai secara aktif. Lebih bijak jika kamu evaluasi kebutuhan hiburan dan memilih yang benar-benar relevan dengan gaya hidup bubuhan.
Menurut laporan BPS (2023), rata-rata pengeluaran anak muda untuk hiburan digital meningkat 41% sejak pandemik, tapi tidak sebanding dengan kualitas hidup atau produktifitasnya.
4. Tidak Punya Catatan Pengeluaran
Banyak anak muda merasa cukup dengan mengira-ngira pengeluaran. Padahal tanpa pencatatan, kita tidak benar-benar tahu ke mana uang pergi setiap bulan. Hasilnya? Kebocoran tak terduga, tabungan tak terkumpul, dan utang kecil yang menupuk.
Aplikasi keuangan seperti Dompetku, Money Manager, atau bahkan spreadsheet sederhana bisa jadi solusi. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa orang yang rutin mencatat pengeluaran cenderung punya pengeluaran keuangan yang lebih stabil dan minim utang konsumtif.