lifestyle

Kenali Latrophobia, Ketakutan Parah Sampai Gemetar Kepada Dokter

Rabu, 29 Oktober 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi Iatrophobia

Ketidakpastian Diagnosis: Ketakutan utama bukan pada dokter itu sendiri, tetapi pada apa yang mungkin diungkapkan oleh dokter (diagnosis penyakit serius). Pikiran menjadi terjebak dalam skenario terburuk (catastrophizing).

C. Fobia Terkait yang Memicu Gemetar

Seringkali, Iatrophobia diperburuk oleh fobia yang lebih spesifik, di mana gemetar sering menjadi gejala khasnya:

Trypanophobia (Fobia Jarum): Ini adalah salah satu fobia yang paling umum dan sering menyebabkan respons vasovagal (penurunan detak jantung dan tekanan darah), yang dapat menyebabkan pingsan, didahului oleh pusing dan gemetar.

Nosocomephobia (Fobia Rumah Sakit): Ketakutan akan lingkungan rumah sakit, yang sering dikaitkan dengan penyakit, kematian, dan keputusasaan.

3. Implikasi Jangka Panjang (Penghindaran)

Secara psikologis, ketakutan ini menyebabkan perilaku penghindaran. Penghindaran adalah mekanisme penanganan yang paling merusak.

Setiap kali pasien berhasil menghindari kunjungan dokter, otak menganggap bahwa penghindaran itu adalah "solusi" yang efektif, yang pada gilirannya memperkuat fobia tersebut.

Penghindaran ini dapat menyebabkan penundaan diagnosis dan pengobatan kondisi medis serius, menempatkan kesehatan fisik mereka pada risiko yang lebih besar.

4. Pendekatan Penanganan Psikologis

Penanganan yang paling efektif biasanya melibatkan terapi kognitif-perilaku (CBT) dan teknik relaksasi. 

Terapi Pemaparan (Exposure Therapy): Secara bertahap mengekspos pasien pada pemicu ketakutan dalam lingkungan yang aman. Mulai dari melihat gambar klinik, duduk di ruang tunggu, hingga akhirnya bertemu dokter. Tujuannya tak lain melepaskan asosiasi negatif antara lingkungan medis dan bahaya.

CBT (Cognitive Behavioral Therapy): Mengidentifikasi dan menantang distorsi kognitif (misalnya, keyakinan bahwa "setiap kunjungan ke dokter akan berakhir dengan diagnosis buruk"). Tujuan terapi ini tak lain mengubah pola pikir negatif yang memicu respons kecemasan.

Teknik Relaksasi : Melatih pernapasan diafragma dan relaksasi otot progresif untuk digunakan saat gemetar dimulai. Tujuannya mengaktifkan sistem saraf parasimpatik (istirahat dan cerna) untuk melawan respons Fight or Flight.

Dengan intervensi psikologis yang tepat, individu dapat belajar mengelola respons kecemasan mereka, membedakan antara ancaman nyata dan yang dipersepsikan, sehingga mereka dapat mencari perawatan medis yang diperlukan. (*)

Halaman:

Terkini