nasional

Naik Gunung Bukan Seperti Pergi ke Mal..!! Cegah Pendaki FOMO, Pemerintah Evaluasi Total Prosedur Keselamatan

Selasa, 1 Juli 2025 | 11:00 WIB
Upaya evakuasi pendaki yang terjatuh di gunung Rinjani. (Humas Kemenhut)

JAKARTA- Pemerintah akan mengambil langkah tegas untuk memperketat pengawasan dan meninjau ulang seluruh prosedur keselamatan pendakian gunung.

Hal ini ditegaskan oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyusul insiden meninggalnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Raja Juli menekankan pentingnya kesiapan fisik dan mental sebelum mendaki. Ia mengkritisi tren mendaki hanya karena FOMO (Fear of Missing Out) yang semakin marak di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Berkaca dari Insiden Jatuhnya Juliana Marins di Gunung Rinjani, Bukti Fenomena Pendaki FOMO yang Berbahaya

“Naik gunung itu tidak sama dengan ke mal. Perlu persiapan fisik, mental, dan perlengkapan yang memadai. Jangan hanya ikut tren, karena keselamatan tidak boleh dipertaruhkan,” kata Raja Juli.

Juliana Marins (27) diketahui jatuh ke jurang sedalam 600 meter dan ditemukan tewas lima hari setelah dinyatakan hilang. Tragedi tersebut memicu sorotan luas, termasuk dari masyarakat Brasil, yang menilai proses evakuasi terlalu lambat.

Sebagai respons, pemerintah berencana meningkatkan kualitas sarana prasarana serta memperbarui SOP pendakian. Teknologi pelacakan seperti RFID juga akan diterapkan dalam sistem pendakian agar keberadaan pendaki lebih mudah terdeteksi dalam situasi darurat.

“Kami akan evaluasi total SOP, memperbanyak posko di jalur pendakian, dan menyiapkan teknologi seperti RFID yang terpasang di gelang pendaki, supaya bisa cepat terdeteksi kalau ada kondisi darurat,” ujarnya.

Selain itu, Kementerian Kehutanan juga akan memperketat regulasi melalui sertifikasi pemandu dan penyusunan klasifikasi risiko untuk setiap gunung di Indonesia. Pendaki pemula diharapkan tidak langsung memilih jalur ekstrem.

Meski mengakui bahwa Basarnas telah memiliki kemampuan bersertifikasi internasional dan termasuk dalam jajaran SAR terbaik di Asia Pasifik, Raja Juli menyatakan kebutuhan penguatan melalui kerja sama dengan komunitas relawan.

Ia menyoroti peran aktif relawan seperti Agam Rinjani dan Tyo Survival dalam proses evakuasi Juliana, sebagai contoh kontribusi masyarakat yang harus difasilitasi lebih serius. Kementerian bersama Basarnas juga tengah mempersiapkan nota kesepahaman dengan berbagai mitra strategis untuk mempercepat penanganan dalam keadaan darurat.

“Kita ini negara ring of fire. Peristiwa ini bisa terjadi di mana saja. Basarnas sudah baik, tapi juga didukung kerelawanan luar biasa masyarakat kita dan tentunya sarana prasarana SAR penting disiapkan,” kata Menhut.

Menutup pernyataannya, Menhut kembali menegaskan pentingnya kesadaran individu dalam mendaki. Persiapan fisik, mental, dan perlengkapan yang memadai menjadi syarat mutlak untuk keselamatan pendakian. “Imajinasi kita soal naik gunung jangan disamakan dengan pergi ke kantor, liburan, ini perlu latihan fisik, perlengkapan lengkap, dan kesiapan mental,” tutupnya. (*)

 

Tags

Terkini