JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa tengah menjadi sorotan publik usai pernyataannya yang viral menolak pembayaran utang proyek Kereta Cepat Whoosh senilai Rp116 triliun menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bersamaan dengan meningkatnya sorotan ini, keluarga sang menteri justru diterpa isu mistis di kediaman mereka.
Putra Purbaya, Yudo Sadewa, secara mengejutkan mengaku bahwa keluarganya tengah menghadapi teror yang ia sebut sebagai santet. Pengakuan itu disampaikan melalui akun Instagram pribadinya, @8a41121a, pada Senin (13/10/2025).
“Keluarga kami diteror oleh santet di rumah,” tulis Yudo dalam unggahan Instagram Story-nya.
Penjelasan Yudo: Poltergeist dan Rasionalitas
Meskipun mengaku diteror, Yudo Sadewa menegaskan bahwa ia dan keluarganya tidak mempercayai hal-hal berbau mistik. Ia mengajak keluarganya untuk tetap berpikir rasional dan memperkuat keimanan.
“Semakin Anda percaya, maka santet itu makin kuat. Jadi saya usahakan seluruh keluarga jangan percaya pada begituan. Percayalah kepada Allah, jangan percaya takhayul,” tegas Yudo.
Yudo menjelaskan bahwa ia meyakini fenomena seperti hantu, santet, atau kesurupan yang disebut orang hanyalah manipulasi jin terhadap pikiran manusia agar takut kepada selain Allah. Ia meminta masyarakat untuk "berpikir secara ilmiah" dan menjauhi "logika mistika."
Menanggapi isu hoaks terkait "kiriman darah segar" yang beredar di TikTok, Yudo menegaskan informasi itu tidak benar. Menurutnya, fenomena yang sebenarnya terjadi di rumahnya lebih masuk akal bila dijelaskan dengan teori Poltergeist. "Kejadian sebenarnya adalah Poltergeist, di mana barang suka hilang dan berpindah sendiri," jelasnya.
Latar Belakang Politik: Tolak Utang KCIC
Pengakuan Yudo Sadewa ini muncul hanya beberapa hari setelah pernyataan ayahnya, Menkeu Purbaya, yang menimbulkan polemik publik.
Dalam acara Media Gathering di Bogor pada Jumat (10/10/2025), Purbaya menegaskan bahwa tanggung jawab utang proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) senilai Rp116 triliun berada pada pihak swasta, khususnya perusahaan di bawah pengelolaan PT Danantara.
“KCIC di bawah Danantara, mereka sudah punya manajemen sendiri, punya dividen sendiri. Jangan kita lagi [yang bayar], karena kalau enggak ya semua kita lagi termasuk dividennya,” ujar Purbaya. Ia menyebut Danantara memperoleh dividen sekitar Rp80 triliun per tahun, yang dinilai harusnya cukup untuk menutup beban keuangan proyek tanpa melibatkan negara.
Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan pada Minggu (12/10/2025) bahwa pemerintah sedang mencari skema alternatif agar pembayaran utang KCIC dapat diselesaikan tanpa membebani APBN. (*)