JAKARTA — Hujan deras telah mengguyur sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir, namun di sisi lain, beberapa daerah masih merasakan terik matahari yang cukup tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena kontras ini terjadi karena awal musim hujan di Indonesia tidak terjadi secara serentak.
BMKG mencatat, hingga dasarian kedua Oktober 2025 ini, baru sebanyak 43,8% dari total Zona Musim (ZOM) di Indonesia yang telah resmi memasuki musim hujan. Musim hujan diprediksi akan meluas secara bertahap, bergerak ke wilayah selatan dan timur Indonesia.
Adapun perkiraan puncak musim hujan, BMKG memprediksi bahwa intensitas tertinggi akan banyak terjadi pada periode November hingga Desember 2025 di Indonesia bagian barat. Sementara itu, untuk wilayah Indonesia bagian selatan dan timur, puncak musim hujan diperkirakan terjadi lebih lambat, yakni pada Januari hingga Februari 2026.
Catatan Hujan Sangat Lebat dan Penurunan Suhu Panas
Sejalan dengan transisi ini, BMKG mencatat adanya kejadian hujan sangat lebat (curah hujan mencapai ≥ 100 mm/hari) di beberapa lokasi. Kejadian ini terdeteksi di sejumlah wilayah, di antaranya:
Samarinda, Kalimantan Timur (130 mm/hari)
Tolitoli, Sulawesi Tengah (131,6 mm/hari)
Boven Digul, Papua Selatan (123,1 mm/hari)
Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (105,8 mm/hari)
Sementara di sisi lain, BMKG mengamati adanya penurunan konsisten pada kondisi cuaca panas. Penurunan suhu ditandai dengan tidak adanya wilayah yang mencatat suhu maksimum lebih dari 36°C. Suhu maksimum tertinggi yang tercatat dalam beberapa hari terakhir berada di Lampung Utara (35,8°C), Kupang, NTT (35,5°C), dan Manokwari, Papua Barat (34,8°C).
Peningkatan Potensi Hujan Dipicu Dinamika Atmosfer
Untuk sepekan ke depan, BMKG memperingatkan bahwa potensi hujan diprediksi akan meningkat di sebagian besar wilayah Indonesia. Wilayah yang diwaspadai meliputi Sumatra bagian selatan, sebagian besar Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, sebagian Kalimantan, Maluku, dan sebagian besar Papua.
"Peningkatan ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer skala global, regional, dan lokal," tulis keterangan resmi BMKG, dikutip Selasa (28/10).
BMKG menjelaskan, pemicu utama hujan lebat di sejumlah wilayah tersebut adalah aktivitas fenomena atmosfer skala regional yang secara bersamaan melewati wilayah Indonesia, yaitu MJO (Madden Julian Oscillation), Gelombang Rossby Ekuator, dan Gelombang Kelvin. Masyarakat diimbau untuk waspada dan mengikuti informasi terkini dari BMKG. (*)