nasional

Tragedi Banjir Sumatera Memburuk: Korban Meninggal Tembus 604 Jiwa, Ratusan Lainnya Hilang

Senin, 1 Desember 2025 | 22:43 WIB
Rumah-rumah di bantaran sungai runtuh satu per satu ketika banjir besar menerjang kawasan permukiman di Sumatera Barat, menyisakan puing dan genangan lumpur tebal. (Foto CNBC)

 


JAKARTA – Laporan duka dari Sumatera kembali menguat. Bencana banjir bandang dan longsor yang menerjang sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) selama beberapa hari terakhir telah meninggalkan jejak kerusakan dan korban jiwa yang kian melebar.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis pembaruan data pada Senin petang, 1 Desember 2025, menunjukkan jumlah korban meninggal dunia kini telah menembus 604 orang.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menegaskan bahwa angka yang muncul melalui sistem informasi Pusdatin merupakan rangkuman terbaru dari posko-posko lapangan. Korban meninggal 604 orang, total di Aceh, Sumbar, dan Sumut. Korban hilang 464 orang Tim SAR terus menelusuri desa tersapu banjir. Luka-luka 2.600 orang sebagian menjalani perawatan intensif dan yang terdampak 1,5 juta orang dan mengungsi 570 ribu orang.

Distribusi korban jiwa menunjukkan skala tragedi yang merata, dengan Sumatera Utara mencatat angka tertinggi sejauh ini (283 jiwa), disusul Sumatera Barat (165 jiwa), dan Aceh (156 jiwa).

Dampak bencana turut menghantam infrastruktur vital di tiga provinsi tersebut. Koordinasi perbaikan awal kini diprioritaskan agar akses logistik dan evakuasi tidak terhambat.

Rumah Rusak: 3.500 rusak berat, 4.100 rusak sedang, dan 20.500 rusak ringan.

Jembatan Putus: 271 jembatan tak lagi dapat difungsikan.

Fasilitas Pendidikan: 282 fasilitas pendidikan ikut terdampak.

BMKG menyebut hujan ekstrem yang memicu banjir bandang kali ini mencapai level tak lazim, di mana intensitas curah hujan satu bulan di beberapa wilayah tercurah hanya dalam waktu satu hari.

Kombinasi antara curah hujan ekstrem, kondisi tanah jenuh air, dan alih fungsi lahan disebut menjadi faktor yang memperburuk skala bencana hingga memicu tragedi kemanusiaan yang masif ini. (*)

Terkini