nasional

Bali ‘Sepi’ Saat Nataru, Benarkah Wisatawan Lokal Mulai Pindah ke Lain Hati?

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:12 WIB
Ilustrasi pesawat Citilink. Tiket pesawat ke Denpasar selsiih tipis ke luar negeri. (Hanung Hambara/Jawa Pos)

DENPASAR– Pemandangan tak biasa menghiasi Pulau Dewata pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kali ini. Jika biasanya Bali menjadi "lautan manusia" dengan kemacetan panjang dan hotel yang fully booked, tahun ini situasi dilaporkan lebih lengang. Fenomena ini bahkan memicu perbincangan hangat di media sosial, di mana warganet menyebutnya sebagai anomali wisata.

Salah satu pemicu utama diskusi publik adalah tangkapan layar dari aplikasi FlightRadar24. Visual tersebut menunjukkan perbedaan kontras dimana wilayah udara Thailand sibuk padat merayap dengan ikon pesawat yang menumpuk di sekitar Bangkok dan Phuket.

Sementara wilayah udara Bali tampak relatif longgar dengan frekuensi penerbangan yang tidak sepadat tahun-tahun sebelumnya. Hal ini memicu spekulasi bahwa wisatawan domestik kini mulai berpaling ke mancanegara, khususnya negara tetangga di Asia Tenggara.

Perbandingan Harga Tiket

Faktor biaya ditengarai menjadi alasan kuat di balik pergeseran tren ini. Berdasarkan penelusuran pada berbagai platform pemesanan tiket online untuk keberangkatan 28-31 Desember, ditemukan data yang mengejutkan. Dimana rute Jakarta – Bangkok hanya Rp 1,4 Juta hingga – Rp 1,5 Juta dari tiga maskapai. Sementara tiket Jakarta - Denpasar Rp 1,2 Juta hingga Rp 1,4 Juta. Dengan selisih harga yang hanya berkisar Rp 100.000 hingga Rp 300.000, banyak pelancong menganggap biaya tambahan tersebut sangat layak dibayar demi mendapatkan pengalaman "Go International".

"Bagi sebagian orang, daripada ke Bali lagi dengan harga tiket yang hampir sama, lebih baik ke Thailand. Dapat suasana baru, kuliner baru, dan gengsi perjalanan luar negeri," ungkap salah satu pengamat tren media sosial.

Mengapa Thailand Lebih Menarik Tahun Ini?

Selain faktor harga tiket yang kompetitif, beberapa poin berikut menjadi daya tarik kuat Thailand dibandingkan destinasi domestik. Yakni kemudahan administrasi bagi pemegang paspor Indonesia. Harga makanan dan akomodasi di Thailand yang seringkali setara atau bahkan lebih murah dari pusat wisata di Bali. Kemudian musim hujan di Indonesia membuat sebagian wisatawan khawatir rencana liburan mereka terganggu, sementara Thailand menawarkan persepsi cuaca yang lebih stabil di akhir tahun. Diversifikasi atraksi wisata yang terus diperbarui oleh pemerintah Thailand.

Alarm bagi Pariwisata Domestik

Kondisi ini menjadi bahan evaluasi bagi pelaku industri pariwisata di Bali. Melandainya grafik kunjungan di Bandara I Gusti Ngurah Rai menunjukkan bahwa Bali tidak bisa lagi hanya mengandalkan "nama besar". Para ahli menilai perlu adanya langkah konkret seperti diversifikasi atraksi dimana menghadirkan sesuatu yang baru selain pantai dan klub malam. Peningkatan layanan guna memastikan wisatawan mendapatkan value for money yang sepadan.

Stabilitas harga dimana menjaga agar harga akomodasi dan transportasi lokal tetap masuk akal saat peak season.Fenomena ini menjadi sinyal kuat bahwa peta pariwisata kini semakin dinamis. Wisatawan Indonesia saat ini jauh lebih kritis, informatif, dan memiliki banyak pilihan di genggaman tangan mereka. (*)

Terkini