• Minggu, 21 Desember 2025

Ahli Gizi dan Sanitasi Jadi Kunci Turunkan Stunting, DPRD Kaltim Minta Penanganan Lebih Spesifik 1.000 Hari Pertama Anak Lahir

Photo Author
- Senin, 24 November 2025 | 22:19 WIB
Wakil Ketua  DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis
Wakil Ketua DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis

PROKAL.CO, SAMARINDA – Peran tenaga kesehatan, khususnya ahli gizi, dinilai memiliki posisi vital dalam penanganan stunting di Kalimantan Timur. Selain itu, perbaikan sanitasi lingkungan juga harus berjalan seiring untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting yang saat ini masih berada pada angka tinggi.

Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Kaltim pada 2024 mencapai 22,2 persen dengan total kasus 39.137 anak. Angka tersebut masih di atas rata-rata nasional sehingga memerlukan percepatan penanganan yang lebih terarah.

Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, menegaskan bahwa intervensi ahli gizi di lapangan masih harus diperkuat. Menurut dia, persoalan stunting tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan gizi, tetapi juga kualitas pelayanan kesehatan dan kondisi lingkungan tempat anak tumbuh.

“Penanganan stunting itu sangat membutuhkan ahli gizi. Karena stunting bukan hanya soal makanan, tapi banyak faktor lain mulai dari remaja putri, ibu hamil, sampai sanitasi. Sanitasi MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) yang buruk itu ada hubungannya dengan stunting,” ujar Ananda saat ditemui di ruang kerjanya Kantor DPRD Kaltim, Jumat 24 November 2025.

Ia menilai posyandu sebagai ujung tombak pelayanan dasar harus diisi tenaga kesehatan yang kompeten dan melakukan supervisi berkala terhadap tumbuh kembang anak. Evaluasi dilakukan terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, periode paling krusial yang menentukan struktur otak dan pertumbuhan fisik anak.

“Remaja putri itu juga harus dicek kesehatannya. Banyak yang anemia. Kalau dari hulunya sudah bermasalah, risiko stunting akan terus berlanjut saat mereka menjadi ibu,” katanya.

Menurut Ananda, efektivitas posyandu tidak ditentukan dari jumlah fasilitas, melainkan sejauh mana program yang berjalan benar-benar menyentuh keluarga berisiko stunting. Ia juga menilai pemetaan wilayah rawan dan penambahan ahli gizi di tingkat kelurahan-kecamatan perlu segera dilakukan.

Pemerintah provinsi sebelumnya menyatakan penurunan stunting di Kaltim baru turun 0,7 persen dalam tiga tahun terakhir, lebih lambat dibanding capaian nasional yang telah turun di atas 1 persen.

Kondisi ini menjadi alarm bahwa intervensi sensitif, seperti perbaikan akses air bersih, sanitasi layak, hingga edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, tidak boleh lagi berjalan lambat.

“Kita ingin generasi emas 2045 itu nyata. Kalau masih berkutat dengan stunting, berarti kita belum maju. Semua pihak harus kerja sama agar anak-anak kita bisa tumbuh sehat dan cerdas,” tegasnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X