BALIKPAPAN – Program unggulan pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan meningkatkan asupan gizi anak sekolah, mulai menimbulkan tantangan ekonomi bagi para pedagang kantin di Balikpapan. Sejumlah pedagang melaporkan penurunan omzet yang signifikan sejak program tersebut diterapkan.
Salah satu yang terdampak adalah Andi Suryana, pedagang kantin di SDN 015 Balikpapan Selatan, yang mengaku pendapatannya turun drastis. “Biasanya kita jual nasi kuning, tapi sejak ada MBG sudah tidak jual nasi kuning lagi. Penurunan omzet lumayan banyak, sekitar 30 persen,” ujar Andi, Selasa (7/10/2025).
Menurut Andi, sejak murid-murid rutin mendapatkan jatah makan bergizi gratis dari sekolah, minat jajan anak-anak menurun drastis. Anak-anak yang sudah merasa kenyang setelah pembagian MBG menjadi jarang mengunjungi kantin.
“Anak-anak sekarang jarang jajan. Kadang jam 11 siang itu cuma satu-dua orang saja yang datang ke kantin,” tambahnya. Meskipun jam istirahat sekolah berlangsung beberapa kali dalam sehari (pukul 09.00, 11.00, 13.00, dan 16.00), sebagian besar murid sudah tidak lagi membeli jajanan, membuat Andi kini hanya mengandalkan penjualan makanan ringan seperti kentang goreng, cilok, es, dan opak.
Harapan Pedagang Agar Dilibatkan dalam Program MBG
Menghadapi penurunan penghasilan harian, Andi Suryana berharap pemerintah dapat mencari solusi dengan melibatkan pedagang kantin sekolah dalam pelaksanaan program MBG.
Pelibatan ini diyakini dapat menjaga keberlangsungan usaha mereka tanpa mengurangi manfaat gizi bagi siswa.
“Harapannya, mungkin bisa dialihkan ke kantin. Misalnya kalau ada 1.000 porsi MBG, bisa dibagi ke 10 kantin supaya ibu-ibu kantin juga tetap bisa berjualan,” harap Andi. Solusi ini dinilai penting untuk menyeimbangkan tujuan program gizi dengan dampak sosial-ekonomi terhadap usaha kecil di lingkungan sekolah. (*)