Berbagai opsi mencari tambahan sumber air baku terus dilakukan Balikpapan. Ini untuk mengatasi krisis air baku. Salah satunya menjajaki peluang suplai air baku dari Bendungan Sepaku Semoi. Pemerintah pusat menetapkan Balikpapan bisa mendapatkan bantuan hingga 1.000 liter per detik. Itu juga sesuai dengan kajian rencana pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) Sepaku Semoi.
Khususnya dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Dokumen disusun Dinas Pekerjaan Umum bersama pihak terkait. Serta studi pendahuluan KPBU SPAM Sepaku Semoi turut dibantu oleh Bappenas.
Baca Juga: Proyek Desalinasi Balikpapan, Hanya Khayalan Perumda Tirta Manuntun Balikpapan?
Pemkot Balikpapan berharap besar ini menjadi solusi kekurangan air baku di Kota Beriman. Mengingat kebutuhan tambahan air baku mencapai 1.000 liter per detik untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat.
Ketua Komisi III DPRD Kaltim Abdulloh mengatakan, opsi SPAM Sepaku Semoi bukan jawaban dan solusi terbaik untuk Balikpapan. Dia melihat jangkauan air dari IKN ini terlalu jauh dan tantangan dari kontur tanah yang sulit.
“Itu membuat ongkos kirim bisa mahal. Mau berapa dana investasi yang dikeluarkan,” ujarnya. Sedangkan opsi desalinasi air laut juga jauh dari kemampuan. Kenyataannya desalinasi hanya bisa dilakukan negara kaya. Seperti Singapura, Dubai, Qatar, Turki, dan sebagainya.
Baca Juga: Warga Balikpapan Sabar Ya..!! Krisis Air Masih Berlanjut
Alasannya karena harga jual air hasil desalinasi begitu tinggi. Imbas kebutuhan investasi yang begitu besar. Akhirnya air bisa hanya dinikmati oleh segmen tertentu.
“Indonesia belum mampu untuk desalinasi, apalagi untuk skala Balikpapan,” imbuhnya. Sedangkan pembangunan Embung Aji Raden, menurutnya masih butuh proses pembebasan lahan yang panjang.
“Belum tentu selesai dalam satu atau dua tahun. Ada potensi masalah sengketa lahan bertumpuk,” imbuhnya. Artinya tidak praktis dan butuh biaya besar. Pemerintah daerah perlu mengeluarkan biaya hingga Rp 100 miliar hanya untuk pembebasan lahan. “Tetap boleh ada waduk atau embung, tapi jika ada air curah yang mengalir pasti. Jadi tetap memiliki berbagai cadangan,” bebernya.
Pihaknya mendorong Balikpapan cukup membeli air curah dari SPAM Sungai Mahakam. Dia berpendapat, ini merupakan opsi paling memungkinkan dan cepat. Sebab tinggal pasang jalur pemipaan untuk membawa air curah sampai Kota Beriman. Nanti yang mengelola air tetap dari Balikpapan.
“Kan masalahnya tidak ada air baku. Maka yang dilakukan tinggal fokus mencari air baku,” sebutnya. Nantinya skema pembiayaan bisa dibagi antara Pemprov Kaltim dan Pemkot Balikpapan. Rencana ini sedang dalam pembahasan tingkat provinsi yakni membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) Sungai Mahakam. Proyek akan dibantu back up oleh provinsi.
Sebagai gambaran awal, kisaran kebutuhan anggaran sekitar Rp 800 miliar. “Kalau tahun pertama sudah bisa pengadaan. Tahun kedua tinggal menggunakan aliran air ini,” tandasnya. (*)