ikn

Banjir di Sepaku, Otorita IKN Sebut Sudah Terjadi Sejak Tahun 1970-an

Sabtu, 29 Juni 2024 | 10:45 WIB
Direktur Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LHPB) Otorita IKN, Onesimus Patiung. (Foto: Rikip/KP)

 

Banjir yang sempat menggenangi empat desa dan kelurahan di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada awal pekan ini, disebut menjadi wilayah lokasi genangan. Bahkan kawasan yang terdampak banjir akibat luapan Sungai Sanggai itu, sudah sering tergenang sejak tahun 1970-an akibat sedimentasi dari kegiatan hutan produksi yang berada di hulu sungai.

Identifikasi tersebut berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Deltares, sebuah lembaga pengetahuan nirlaba asal Belanda yang bergerak di bidang penelitian kawasan air dan bawah permukaan.

Baca Juga: Banjir di 4 Desa di Sepaku Sudah Surut, BPBD PPU Identifikasi Rumah Terdampak Banjir

Direktur Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LHPB) Otorita IKN, Onesimus Patiung, bahkan sempat mengajak peneliti dari Deltares untuk mengunjungi lokasi banjir di Desa Karang Jinawi, Desa Sukaraja, Kelurahan Sepaku, dan Desa Bukit Raya.

"Saya baru kemarin dengan teman-teman Deltares dari Belanda karena mereka ada kajian terkait dengan Daerah Aliran Sungai (DAS), khususnya DAS Sanggai. Dan lokasi banjir itu ternyata memang adalah lokasi genangan yang sudah sering terjadi," katanya kepada awak media saat kegiatan Puncak Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024 dengan acara "Pasar Rakyat" di Rest Area 2, Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU, Jumat (28/6). 

Oleh karena itu, Kedeputian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LHSDA) Otorita IKN akan mempelajari hasil kajian dari Deltares untuk penanganan lokasi yang sering tergenang banjir tersebut, untuk selanjutnya dilakukan mitigasi dan penanganan di kemudian hari.

Baca Juga: Pria Wajib Tahu!, Ini 20 Ciri-ciri Perempuan yang Gemar Melakukan Perselingkuhan

"Mereka sudah punya kajian dan kita harap kita akan mempelajari bersama untuk penanganan genangan-genangan itu dan dikelola dengan baik," kata Ones.

Ones juga tak memungkiri bahwa banjir yang menggenangi empat desa dan kelurahan yang berlangsung kurang dari 24 jam itu, juga dipengaruhi oleh dampak pembangunan infrastruktur dasar yang ada di IKN.

Namun, hal tersebut tidak memberikan pengaruh yang cukup besar karena jika ditelusuri sejarahnya, kawasan tersebut sudah menjadi langganan banjir setiap kali musim penghujan sejak tahun 1974.

"Dilihat dari sejarahnya, sejak tahun 1974 lokasi itu sudah banjir. Hanya kecepatan genangannya dan lama genangan itu ada sedikit dipengaruhi oleh sedimentasi dan juga adanya kegiatan pembangunan IKN," terang dia.

Ones juga menyampaikan bahwa banjir yang sering melanda kawasan tersebut sejak tahun 1970-an dipengaruhi oleh kegiatan hutan produksi yang berada di atas aliran Sungai Sanggai dan beberapa kegiatan lainnya yang membuat sedimentasi semakin menumpuk pada dasar sungai. 

Ditambah dengan adanya kegiatan pembangunan Intake Sepaku yang menjadi bagian dari DAS Sanggai. "Setelah Intake Sepaku selesai, seharusnya masalah banjir di situ sudah terselesaikan. Namun, karena ini masih dalam proses konstruksi, maka banjir terjadi di sana," ungkap dia.

Halaman:

Tags

Terkini