INI bukan lagu “Tenda Biru”nya Desy Ratnasari. Tapi, ketika saya berada di Surabaya pekan lalu, bertemu seseorang yang lama saya cari. Memang pertemuan di luar janji, sering membawa hasil yang besar.
Teman saya itu tajam juga pikirannya. Ia tahu lama sekali saya tidak pernah ke Surabaya. Sehingga ia undanglah dengan semua beban tanggungan tuan rumah.
Saya lalu membayangkan hidangan Bebek Sinjai yang ada di Madura. Ingat soto Ambengan, Ingat Soto Madura, ingat rumah makan Layar. Juga ingat Rawon Setan. Ingat Ria Galeria. Kalau Rawon Setan, maaf saya tidak berani.
Apa cukup waktunya ya, untuk mengunjungi satu-satu. Belum lagi ke pusat pertokoan, walaupun hanya sekadar cuci mata. Tinggal diatur saja.
Saya juga terbayang, bagaimana wajah pohon yang berbunga layaknya bunga Sakura. Saya juga ingin bertanya dengan warga, bagaimana reaksinya ketika ada jalan yang tiba-tiba runtuh, yang disebabkan aktivitas pembangunan. Juga rindangnya pohon yang ada di median jalan.
Surabaya itu mengasyikkan. Tak perlu buka google di HP. Naik taksi saja, maka sopirnya akan jelaskan semua lokasi wisata dan juga banyak persoalan tentang kotanya. Apalagi bila bertanya soal Bu Risma sang wali kota. Sopir dan banyak warga sarapan paginya 2K, yakni kopi dan koran.
Sudah menjadi santapan harian. Kantor teman yang mengundang saya ke Surabaya, dekat dengan Bandara Juanda. Sekitar Waru. Sopir taksi tidak sulit mencarinya.
Perjalanan singkat itu, saya bertanya soal jalan yang runtuh. Sang sopir ketawa. Lho, kenapa tertawa ? Kasus besar hanya jadi omongan beberapa hari. Lalu lintas memang terganggu. Tapi semua tidak lama. Perusahaan yang membangun gedung, yang diduga jadi penyebab cepat bertindak dengan cepat diperbaiki. Sekarang bekas runtuhan itu tidak terlihat.
Saya ingat, ada satu jalan di Berau yang rusak dan diduga disebabkan lalu lalang kendaraan berat. Sudah berbulan-bulan tak juga diperbaiki. Dikerjakan juga nanti, hehe tapi biaya Pemda.
Begitulah sopir di Surabaya. Familiar dan memperlakukan setiap penumpangnya senang. Tau semua lokasi wisata dan kuliner. Apalagi hanya warung soto Ambengan.
Saya terkejut ketika tiba di kantor teman saya. Yang sang sponsor itu. Saya berada di kantor yang masih terlihat baru. Gedung yang mirip dengan trofi yang diperebutkan Kaltim Post Group setiap tahunnya, yang jadi simbol keberhasilan daerah.
Gedungnya bercat putih bersih. Masuk ke lobi, wajib stor KTP dan diberi tanda pengenal. Barulah bisa melewati pintu elektronik. Cantik pula petugas Well Come Desk nya.
Takut saya salah lantai, teman saya menjemput di lobi. Saya dijelaskan soal gedung yang baru ditempati. Grup dengan banyak kegiatan bisnis. Ada air mineral bermerek terkenal, yang produknya terpajang di ruang kerja bupati Berau.
Ada usaha yang menaungi pabrik cat mereka terkenal. Juga prabot rumah dan kantoran. Saat menyebut nama merk cat, hati saya berbunga-bunga. Mengapa? Ini yang saya cari sejak 3 Tahun lalu. Kok baru dipertemukan sekarang.
Tiga tahun lalu itu, saya mau buat kampung pelangi Rainbow Village di Talisayan. Tepatnya di kampung nelayan kolong jembatan. Tapi tidak tahu jalur sponsornya. Teman saya yang mewujudkan kampung pelangi di Balikpapan, berjanji membantu. Tapi tidak juga terwujud.