• Senin, 22 Desember 2025

Adipura Pelipur Lara

Photo Author
- Selasa, 15 Januari 2019 | 12:51 WIB

SAYA harus katakan spektakuler. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya apa yang diimpikan datang juga.

Adipura. Penghargaan bagi daerah yang mampu mengelola kebersihan kota maupun menciptakan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat.

Saya tidak bisa menggambarkan, bagaimana suasana batin Bupati Muharram, ketika tampil di panggung menerima langsung trofi dari tangan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Saya juga bukan orang yang ahli membaca gerakan bibir. Sehingga tidak bisa menebak, apa yang diucapkan. Hehe, jangan-jangan sempat berbahasa Bugis. “Terima kasih Puang Ucu (Pak Jusuf Kalla),” heheh, Madeceng.

Tidak berlebihan memang, bila saya menyebut Adipura sebagai pelipur lara. Dalam kamus, artinya menghibur hati yang luka. Menghibur hati yang gundah. Menghibur hati yang sedih. Yaa, memang Berau tengah dihibur atas kehadiran Adipura. Menghibur semua stakeholder yang terlibat dalam menciptakan Berau bersih (clean and green city). Berau bertahun-tahun lamanya dalam kegundahan.

Adipura sudah digaungkan sejak tahun 1986. Sudah banyak daerah yang berhasil mendapatkannya. Ada yang sudah belasan kali, seperti Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sudah ke-14 kalinya. Bantaeng bila tak salah sudah ke-8 kalinya. Ada juga yang baru pertama kali.

Pacitan, Makassar, Bantaeng ketika pertama kali meraih, pastilah sangat bahagia. Seperti Berau yang juga pertama kali.

Proses penilaian juga berlangsung lama. Banyak titik yang menjadi indikator. Kondisi fisik lingkungan perkotaan, terkait kebersihan dan keteduhannya. Juga non fisik, instruksi, manajemen dan daya tanggap. Jadi, kalau selama ini, bupati dan wabup, berbicara bernada tinggi soal penanganan kebersihan, itu bagian dari proses penilaian.

Apa yang berhasil diraih, benang merahnya masih terhubung dengan apa yang sudah dibuat sebelum-sebelumnya. Saya beruntung, bisa menyaksikan ketika Bupati Almarhum Armyns, Almarhum Arifin Saidi, Almarhum Masdjuni dan Pak Makmur, ketika memimpin daerah ini. Beliau telah menyiapkan fondasi yang kuat di zamannya. Sehingga, kebahagiaan yang dirasakan Pak Muharram saat bersalaman dengan Wapres, juga dirasakan para pendahulunya.

Infrastruktur dasar yang menjadi titik pantau tim penilai, sudah sejak lama ada. Yang sempat jadi sedikit perdebatan panjang, soal keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga pengelolaan sampah yang ada di Pasar Sanggam Adji Dilayas. Terus disempurnakan, hingga berhasil meraih lebih dari 75 poin nilai yang di dapatkan. Yang juga sebagai nilai yang disyaratkan.

Ada 146 Adipura yang dibagikan. Hanya 1 Adipura Kencana. 119 Adipura, 10 sertifikat dan 5 plakat. Berau masuk dalam 119, dalam plakat yang diberikan tertulis kota kecil, dengan kriteria jumlah penduduk. Selanjutnya bisa menjadi kota sedang.

Sama dengan daerah lainnya, ketika kabar awal itu tersebar, semua siap-siap menyambutnya. Ucapan selamat hampir seluruh warga berkomentar lewat media sosial. Ratusan anggota pasukan kuning, juga pasti bahagia. Baliho ukuran besar, menghiasi jalur utama dalam kota. Di warung kopi, juga jadi tema diskusi atas keberhasilan ini.

Kita memang hampir lelah dalam penantian panjang, kapan Berau bisa lolos dari sejumlah persyaratan yang begitu ketatnya. Ibarat, baju kuning petugas kebersihan, mulai dari warna cerah hingga redup terpanggang matahari, terus menantikannya. Memang sedang lara dalam penantian.

Adipura adalah sebuah gengsi. Adipura mampu mengangkat harkat kabupaten Berau. Mengangkat predikat kepatuhan warganya. Sebagai warga tentu juga akan bangga, tinggal di daerah yang meraih Adipura. Sama dengan kebanggaan warga Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan yang sudah meraih sebanyak 14 kali.

Ada baiknya ‘virus’ Adipura ini kita sebarkan ke semua kecamatan. Kalaulah boleh, trofi Adipura dibuat duplikat dan ditempatkan di kantor kecamatan. Sehingga, para camat juga bisa membagikan rasa bahagia itu kepada masyarakatnya.

Bisa jadi juga, setelah trofi tiba di pangkuan Bumi Batiwakkal, entah di pojok mana dibuatkan semacam monumen. Agar masyarakat selalu melihatnya. Agar masyarakat juga ingat akan kewajibannya mempertahankan Adipura. Bahwa Adipura, tidak didapatkan dengan mudah. Tapi harus berjuang keras, bahkan sangat keras. Sehingga, selalu ada Adipura di hati warga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X