• Senin, 22 Desember 2025

Kada Guring

Photo Author
- Kamis, 6 Juli 2023 | 00:32 WIB
-
-

MAHALABIO begayaan khas Kalimantan Selatan. Juga dapat diartikan guyonan. Makanya jangan heran, kalau ada yang sering mendapat sebutan tukang alabio.

Sahabat saya di Samarinda, namanya Khairid Daha. Kemanapun dan dimanapun ada pertunjukan wayang banjar, Ia selalu hadir. Ada momen yang Ia sukai. Terutama ketika sang dalang menyebut dalang handak bakamih. Memang dalang meninggalkan panggung mencari toilet.

Sepanjang cerita yang dibawakan oleh sang dalang, sering diselip kalimat yang lucu. Lucu bagi yang paham akan bahasa Banjar. Termasuklah teman saya Khairid Daha itu. Karena seringnya nonton wayang banjar, bila bercerita temanya pada hal-hal yang menimbulkan tawa.

Karena keseringan, yang seharusnya berbicara benar-benar serius, lawan bicaranya hanya menunggu di akhir ceritanya. Jangan-jangan mehalabio haja, kata teman-teman yang serius mendengar ceritanya.

Kata Mahalibio itu sangat dikenal dalam pergaulan pada komunitas banjar. Saya juga sering mengucapkan kata itu, bila teman-teman bercerita yang tidak jelas ujung pangkalnya. Ikam ini mehalabio haja, begitu yang sering terdengar.

Tak jauh beda dengan Gubernur Kaltim Isran Noor, dalam setiap kesempatan. Ketika melakukan kunjungan kerja ke wilayah Kutai Kertanegara, bersama rombongan mengunjungi Kota Bangun.

Pak Isran tidak menyebut Kota Bangun. Diterjemahkanlah dengan sebutan kota yang tak pernah tidur. Disamakan dengan banyak kota besar di dunia, yang denyut kehidupan kotanya terus bergerak selama 24 jam tanpa henti. Hebat kalo kota bangun ini, kotanya kada pernah guring, begitu kata gubernur.

Betul kalau Pak Isran menyebut satu-satunya kota di Kalimantan Timur yang sama sekali tidak pernah tidur. Karena nama kotanya sendiri adalah Kota Bangun. Kota yang tak pernah tidur. Kotanya, tapi warganya tetap saja tidak sama dengan kota besar di dunia yang disejajarkan oleh gubernur. Kalau ngantuk, guring jua aeee.

Kembali lagi ke soal Mahalibio tadi. Seingat saya, Pak Isran juga pernah menyebut kota di Kalimantan Selatan, bukan Banjarmasin. Tapi, disebut dengan kata yang lain. Yang disebut Banjartawar.

Begitulah gaya Pak Isran Noor dalam membangun komunikasi dengan banyak komunitas. Begitupun saat bertemu dengan warga yang Ia jumpai. Ada juga teman-teman di Samarinda, sering menyebut Pak Gubernur itu rancak meulu-ulu.

Saking meuluulunya (mungkin juga serius), Ia pernah mengucapkan saat berada di kampus Unhas Makassar. Ia menyebut, kalau negara tak bisa meongkosi IKN, serahkan ke Kaltim dan Sulsel untuk membangun dan membiayai.

Bagi saya itu mengasyikkan. Ketimbang berpidato dengan serius penuh dengan kata-kata asing, dimana bisa saja, yang berpidato sendiri tidak paham apa yang sedang Ia sampaikan.

Kalau benar Pak Gubernur melakukan road show ke semua kabupaten dan kota di Kalimantan Timur, sebelum memasuki masa akhir jabatannya. Berau juga akan masuk dalam agenda kunjungan beliau.

Sebagai teman sealumni, andai saja saya bisa jumpa. Saya akan sampaikan, bukan di Kutai saja ada kota yang tak pernah tidur. Di Berau juga ada. Tapi bukan kota, melainkan kampung. Namanya Kampung Bangun.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X