• Senin, 22 Desember 2025

Kelapa Pandan

Photo Author
- Jumat, 18 Agustus 2023 | 02:54 WIB
-
-

SUDAH lama mendengar. Namun, baru kemarin (17/8), pertama kali melihat wujudnya. Juga pertama kali mencicipi rasanya.

Saya diajak ke kebun milik Pak Oetomo Lianto (Aliang). Kebun yang luasnya 60 hektare di Kampung Bangun, Sambaliung. Lokasi yang pernah ditawarkan jadi alternatif pembangunan rumah sakit yang baru. Sayangnya batal karena dianggap jauh dan melewati jembatan, sehingga tak jadi.

Awal dirintisnya lahan yang dibeli sedikit demi sedikit itu, sudah sering diajak Pak Aliang ke lokasi kebun masa depannya. Belum terpikir waktu itu untuk menjadikan kebun. Ia bingung, mau ditanami apa?

Ia hanya berpikir, membeli lahan milik orang per orang itu, untuk memelihara ayam potong. Ia akan menghadirkan kandang dan ribuan ayam, tanpa aroma yang bisa mengganggu warga sekitar.

Dan memang benar. Ada sepuluh kandang ayam. Ada mess karyawan yang berada dalam satu kompleks. Sama sekali tak ada aroma menyengat bau kotoran ayam. Lantai dasar di bawah kandang kering. Di situlah saya sering diajak.

Terus, sisa lahan yang lain mau dimanfaatkan untuk apa? Waktu itu saya cerita, teman saya juga punya lahan. Lokasinya berdekatan dengan lahan Pak Aliang. Ia menanam sayuran dan lombok. Hasil panennya dijual ke pasar.

Mungkin inspirasi dari situ, Pak Aliang memutuskan lahan lainnya ditanami berbagai jenis tanaman jangka pendek dan jangka panjang. Dan, melengkapinya, dibuatlah kolam yang luas. Kolam yang diisi ribuan ikan jenis Nila dan Patin. Suatu saat nanti, sudah bisa panen raya, kata Aliang waktu itu.

Kalau dulu diajak ke kebun miliknya masih bisa santai. Kemarin, itu tak bisa lagi sesantai dulu. Lahannya sudah cukup luas. Dari pintu masuk saja, harus berkendaraan motor menuju kandang ayam. Dari kandang ayam, lumayan juga jalan kaki ke sekitar kolam.

Pernah berkunjung beberapa tahun lalu, ketika pohon kelapa baru ditanam. Pohon kelapa yang didatangkan Pak Aliang dari negara asalnya. Awalnya ditanam sekityar 100 pohon saja. Saya pikir, seperti jenis pohon kelapa lainnya, yang baru dinikmati buahnya setelah lebih dari tujuh tahun.

Saya datang lagi, semuanya sudah berbuah. Buah yang lebat dan menjuntai ke tanah. Ini kelapa yang kita tanam dulu. Namanya kelapa pandan, kata Pak Aliang. Kelapa yang sering dijual di mall itu, kata Aliang tertawa.

Ada pondok sekitar kolam. Pondok itu dulu idenya almarhum Edy Djumantara. Sahabat Pak Aliang yang meninggal dunia beberapa hari lalu. Di pondok itulah kami duduk santai. Menikmati udara yang segar. Dan, menikmati kelapa pandan muda.

Kelapa pandan wangi itu salah satu jenis kelapa yang eksotik, dengan karakter spesifik pada buahnya. Punya aroma wangi. Kelapa pandan ini ternyata asalnya dari Thailand, yang biasa disebut Aromatic Nam Hom Coconuts.

Bagaimana kalau bulan puasa atau di tengah udara panas seperti sekarang, kita jualan di pinggir jalan, kata saya pada Pak Aliang. Atau berjualan di pusat kuliner yang ada di Jalan Murjani III, pasti laku. Belum ada yang jualan khusus kelapa pandan wangi. Kita jual Rp 20 ribu per buah, pasti laku, kata saya. Supaya warga tahu, kalau Berau sudah berhasil menanam kelapa asal Thailand itu.

Asyik menikmati kelapa muda yang beroma Nam Hom kata orang Thailand. Teman-teman wartawan yang ikut menikmati suasana di siang hari itu, bergantian mendapatkan pancingan ikan Nila dan Patin. Itu Patin generasi pertama, kata Pak Aliang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X