TANJUNG REDEB - Puluhan guru dari tingkat Taman Anak-anak hingga SMA mengikuti diskusi yang digelar Balai Guru Penggerak dengan tema Transformasi Guru Dalam Merdeka Belajar, yang di dalamnya berdiskusi dengan Kepala Balai Guru Penggerak Kalimantan Timur, Wiwik Setiawati, dan Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian.
Dalam diskusi yang digelar hingga sore Minggu (22/10) itu banyak di antara peserta memberikan sudut pandangnya untuk meningkatkan kompetensi guru dan kelayakannya.
Salah satunya disampaikan perwakilan Ikatan Guru Taman Anak-anak (IGTK) Berau, Lilis.
Lilis mewakili hati guru-guru TK dan Paud di Berau menyampaikan, selama ini pendidik di masa-masa emas pertumbuhan anak itu kerap tidak mendapatkan penghasilan yang tidak sesuai dengan beban kerja. Bahkan dirinya menggambarkannya dengan kaya ’Sajuta’, bukan nominal uang melainkan merupakan akronim dari Sabar, Jujur, dan Tawakkal. “Karena miris sekali untuk honor para guru paud di Kabupaten Berau,” terangnya.
Apalagi saat ini pemerintah tengah mendorong gerakan wajib belajar usia dini. Namun, sejauh penerapannya menurut Lilis tidak dibarengi dengan operasional pendidikan yang layak. Saat ini, hanya Bantuan Operasional Sekolah (BOP) yang diterima lembaga pendidikan di tingkat usia dini.
“Tidak ada Bosda dan Bosnas, hanya BOP saja. Dan nilainya berbeda dengan yang diterima teman-teman di tingkatan pendidikan yang lebih tinggi,” tuturnya.
Momen dirinya bisa bertatap langsung dengan legislatif perwakilan Kalimantan Timur di Senanyan itu juga dimanfaatkannya untuk menyampaikan aspirasi yang dipendamnya selama ini. Dirinya bersama rekan sejawatnya mengaku pernah mengadukan hal serupa melalui organisasi naungannya, namun belum menemui titik terang.
Dirinya berharap, dengan penyampaian ini bisa memberikan cahaya harapan bagi dirinya dan rekan-rekannya di pendidikan usia dini dalam menyediakan pendidikan yang baik. Baik itu kepada peserta didik, juga bagi tenaga pendidiknya bisa sama-sama menerima manfaat yang baik.
Sementara Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) Kalimantan Timur, Wiwik Setiawati, menuturkan, untuk mendukung pendidikan yang baik di Indonesia perlu adanya pengembangan kompetensi pada guru. Sebab, pengembangan kompetensi nantinya akan memberikan pengaruh bagaimana guru mendidik peserta didiknya.
“Dengan pengembangan kompetensi berpengaruh pada kemampuan para guru dalam mendidik peserta didiknya,” ujarnya.
Oleh sebabnya, selain berupaya meningkatkan kompetensi guru-guru, Balai Guru Penggerak juga melakukan beberapa upaya, di antaranya melakukan refleksi kompetensi kepada pada guru. Di samping itu juga, memberikan penilaian kinerja pada guru-guru tersebut.
“Kita harap upaya-upaya kita ini bisa melahirkan tenaga pendidik yang memang berkompeten dan mampu menciptakan generasi bangsa yang terbaik,” ucapnya.
Saat ini sendiri, Kabupaten Berau menjadi satusatunya wilayah di Kalimantan Timur belum memiliki Guru Penggerak. Namun Wiwik menyampaikan, hal itu sebentar lagi akan berubah, sebab berau dalam waltu dekat akan memiliki Guru Penggerak. Guru Penggerak sendiri meningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid. “Berau satu-satunya kabupaten yang belum memiliki guru penggerak di Kalimantan Timur,” tuturnya.
Dirinya berharap di Berau bisa memiliki banyak Guru Penggerak. Sehingga model pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan murid bisa dicapai dengan mudah. Banyaknya Guru Penggerak juga diharap mampu meningkatkan mutu pendidikan di daerah.
“Harapan kita semakin banyak guru penggerak menjadi pendorong pemimpin pembelajaran. Sehingga bisa memberi dampak kepada siswanya,” pungkasnya.
Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Berau, Sujadi, mewakili bupati Berau menyampaikan bahwa Pemkab Berau menyambut baik diskusi tersebut. Melalui diskusi ini, Sujadi berharap bisa meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Berau.