TANJUNG REDEB - Kepala Dinas Perkebunan Berau, Lita Handini, bertekad sektor perkebunan segera menggantikan pertambangan dan penggalian dalam realisasi penerimaan pajak di Bumi Batiwakkal.
Sebagaimana diketahui, dalam penyampaian realisasi penerimaan pajak di Kabupaten Berau yang dirilis Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjung Redeb, sektor usaha pertambangan dan penggalian menyumbang pajak negara mencapai Rp 437.176.873.654, di tempat kedua ialah sektor usaha administrasi pemerintahan dengan menyumbang Rp 190.843.985.639.
Sebutnya, dua dari lima sektor unggulan di Dinas Perkebunan Berau adalah kelapa buah dan cokelat. Lita menerangkan, kelapa buah saat ini punya luasan lahan produksi mencapai 2.700 hektare di Berau. Sehingga menempatkan pertanian kelapa buah menjadi yang terluas sebagai komoditas unggulan.
Dari lahan yang cukup luas itu, Lita mengatakan, sebagian besar memang masih bergantung pada pertanian kelapa buah warisan, atau lebih mudahnya pertanian sekarang mengandalkan tanaman kelapa yang sudah diwariskan secara turun-temurun. “Jadi memang kelapa rakyat yang usianya sudah tua dan tanaman warisan,” terangnya.
Namun, sektor hilir pada produksi kelapa sudah terbentuk di masyarakat. Misalnya di Kecamatan Bidukbiduk terdapat produksi minyak kelapa, Virgin Coconut Oil (VCO), sabun berbahan dasar kelapa, serta olahan dari serabut kelapa.
“Sementara sektor hilirnya sudah berkembang yang dihasilkan. Sehingga akhirnya kita perlu untuk mendorong itu,” paparnya.
Dirinya juga akan melakukan peremajaan pertanian kelapa dengan memberikan edukasi pertanian modern. Sebab, banyak keluhan yang diterima tentang kelapa-kelapa yang pohonnya sudah tua. Secara alami, kelapa-kelapa yang ada di Berau semakin berumur maka pohonnya semakin tinggi. Hal ini yang menjadi keluhan petani di lapangan.
“Kita akan melakukan peremajaan kelapa tua. Keluhannya mereka (petani, red) tidak mau kelapa tinggi,” ujarnya.
Sehingga itu, pihaknya juga sedang banyak melakukan pencarian terkait varietas terbaik kelapa. Misalnya pohon tidak terlalu tinggi, usia penanaman hingga berbuah tidak lama dan kualitas kelapa tetap baik.
“Tentu kita berusaha mengikuti pertanian itu cepat berbuah dan itu yang sedang kami upayakan mencarikan jenis bibit yang cocok,” jelasnya.
Menurutnya varietas kelapa tidak semuanya bisa cocok jika ditanam di Berau. Terdapat jenis kelapa yang dilihat di Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Palma, Manado, Sulawesi Utara akan cocok jika ditanam di Berau.
“Tidak semua cocok, beberapa jenis di Manado di Balai Penelitian Kelapa ada varietas yang cocok dikembangkan dimana jenis kelapanya pendek dan cukup 2 tahun 6 bulan sudah berbuah, paling 10 meter saja tingginya,” terangnya.
Selain itu juga ada cokelat. Cokelat sendiri bebernya saat ini punya potensi yang menguntungkan. Namun, saat ini pihaknya tengah menguatkan petanipetani cokelat untuk bertahan menanamnya. Sebab, banyak terjadi perubahan lahan dari budidaya cokelat menjadi sawit.
“Sehingga upaya pertama kita memberikan edukasi agar konsisten, agar tidak beralih. Sambil berjuang terus,” ujarnya.