SAMBALIUNG – Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau, Hendra Pranata menyebut penanganan turap di Kampung Gurimbang, akan dilanjutkan pada 2024. Penanganan menjadi penting, sebab untuk mencegah longsoran yang bisa meluas dan mengancam aset pengelolaan air bersih hingga jalan di wilayah tersebut.
Pada tahun ini Hendra menagaskan, pembangunan turap di Kampung Gruimbang dan turap di belakang Kantor Bupati Berau akan dilanjutkan pada tahun ini melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Berau serta Bantuan Keuangan (Bankeu) Provinsi Kalimantan Timur.
“Jadi memang pendanaan beragam, ada yang disokong oleh APBD dan Bankeu untuk tahun ini,” jelasnya, Rabu (3/1).
Hendra sendiri menargetkan pekerjaan tahun ini akan menyelesaikan pembangunan hingga tuntas. Sehingga manfaat untuk mengamankan aset Pemerintah Kabupaten Berau bisa dilindungi secara sempurna.
Bahkan beberapa paket pekerjaan sudah masuk pada tahap lelang yang dilaksanakan pada akhir tahun lalu untuk percepatan pekerjaan.
“Kita ingin ini tuntas di tahun ini, sehingga tahun depan kita fokus menangani turap di wilayah bujangga,” paparnya.
Terpisah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Turap Gurimbang, Decty Toge Manduli menerangkan, pekerjaan turap di Kampung Gurimbang yang sempat mengancam aset penyaluran air bersih itu kini masih berlanjut. Pembangunan tersebut ditarget rampung pada 30 Desember 2023 lalu, namun disebabkan beberapa hal akhirnya mengalami keterlambatan.
”Harusnya selesai akhir tahun lalu, namun ada beberapa kendala seperti cuaca sehingga akhirnya molor,” terangnya.
Sehingga, saat ini pekerjaan dilanjutkan dengan menerapkan tambahan waktu kerja 50 hari kerja dan beban denda 1,4 juta per harinya. “Dendanya berjalan sejak 31 Desember lalu sampai pekerjaan selesai. Namun ini diperkirakan selesai sebelum akhir Januari mendatang,” tegasnya.
Pembangunan turap terebut dilaksanakan sepanjang 200 meter dari lokasi longsor pertama kali. Pekerjaan sendiri menggunakan teknik Bore Pile atau dengan cara pengeboran terlebih dahulu sebelum memasang fondasi. Teknik ini digunakan karena menghasilkan sedikit getaran yang bisa memicu longsor di wilayah pekerjaan.
“Itu kan bahaya kalau terlalu getar, sehingga dibor dulu. Setelah terpasang, baru ditimbun. Itu pun tidak berani sekaligus, kalau hujan takut longsor,” jelasnya.
Sehingga, saat ini sisa pengecoran jalan saja oleh sebabnya pihaknya optimistis akan selesai akhir Januari 2024 mendatang. Penanganan pembangunan turap berikutnya berjarak tak jauh dari lokasi tersebut.
Nantinya akan menggunakan skema pekerjaan yang sama dengan turap sebelumnya. Sebab, wilayah tersebut rawan dengan kejadian longsor, baik yang disebabkan alam seperti hujan atau dengan pekerjaan yang menyebabkan getaran. “Jadi memang teknik Bore Pile untuk menghindari longsor,” ujarnya.
Pada titik yang baru, DPUPR Berau akan membangun turap sepanjang kurang lebih 110 meter untuk mengamankan wilayah pinggir sungai tersebut. Kegiatan itu sendiri bernilai Rp 27 miliar yang akan segera diporses lelang pada Januari ini.