• Senin, 22 Desember 2025

Tes Napas

Photo Author
- Kamis, 18 Januari 2024 | 20:19 WIB
-
-

HARUS ke kantor PUPR. Mau jumpa dengan teman yang dipercaya jadi nakhoda di kantor itu. Sejak dilantik jadi kepala dinas, baru kali ini saya menemui.

Biasanya jumpa malam-malam di Berau Coffee yang dikelola Pak Desmus di Jalan Mangga II. Ada kumpulan para sesama nakhoda yang masih muda dan cerdas. Mereka mendiskusikan tema yang tak cukup waktu membahas di ruang rapat. Kalau sudah begitu, saya jadi pendengar setia saja.

Kantor PUPR lumayan jauh dari titik nol Tanjung Redeb. Bangunannya besar di perempatan jalan. Lokasi yang jadi batas antara Kecamatan Teluk Bayur dan Tanjung Redeb. Warna cat kantornya menonjol. Tak jauh dari gedung DPRD dan kantor Mapolres yang dalam tahap finishing.

Saya tahu, sang nakhoda eh kepala Dinas PUPR itu sangat sibuk. Jadi harus cari tahu dulu. Bos, ada dikantorkah? Tanya lewat telepon dengan salah seorang karyawan yang saya kenal baik. Ada Om daeng. Kalau mau ketemu sekarang saja, jawabnya.

Saya menelepon, posisi saya masih di warung pojok. Menunggu Pak Hendra Sekcam Sambaliung. Setiap hari ada saja hal baru yang dia ceritakan. Karena harus ke PUPR, saya langsung meluncur meninggalkan Pak Abu yang agen gas melon.

Di ruang loby, wajib melapor dulu. Pak Daeng, lama tidak jumpa, begitu sapaan Mba Kike (maaf kalau salah tulis). Mba Kike itu, gadis mungil yang lincah. Dia juga seorang diver andal. Dia juga seorang guide. Dia juga pernah mengelola kapal wisata, sekarang bekerja di kantor PUPR. Hebat.

Mau ketemu Pak Fendra, kata saya. Pak Fendra itu kepala Dinas PUPR yang saya sebut sebagai nakhoda. Sudah janjiankah Pak Daeng? Tanya Kike yang nampak kian lincah berbaju putih. Baju seragam hari Rabu. Belum janjian, moga saja tidak sibuk. Lalu saya diarahkan ke lantai dua.

Tumben sepi, kata saya dalam hati. Biasanya penuh dengan kontraktor yang akan menghadap. Atau karena masih bulan Januari. Belum ada tanda-tanda kegiatan lelang proyek. Setelah menulis catatan kecil, lalu saya jumpalah dengan Pak Fendra.

Sebetulnya, dia sudah mau bergerak ke kantor Bapenda. Biasalah, saling koordinasi. Jadi saya bicara seperlunya saja, sambil menghabiskan kemasan teh kotak. Hanya lima belas menit. Saya pun diminta bertemu Pak Decty.

Pak Decty itu karyawan PUPR senior. Ia sudah bekerja di kantor PU ketika kantornya masih di depan Mapolres di Jalan Pemuda. Ia pernah pindah bekerja di Kutai Barat. Sekarang balik kandang lagi dan sudah menempati posisi pejabat eselon III.

Saya harus ke lantai III, dimana ruang kerja Pak Decty. Saya naik tangga lagi. Tangganya menggunakan ubin warna gelap. Harus hati-hati. Tepi setiap anak tangga tidak terlihat. Padahal, dia baru mau memulai rapat. Di-cancel dulu beberapa menit dan mengajak saya ke ruang kerjanya.

Semacam reunianlah. Kami lebih banyak berbincang soal masa lewat. Dan, saya sampaikanlah hal yang membuat harus jumpa. Sesuai arahan Pak Fendra. Tidak lama diskusi saya sudah bisa menangkap penjelasannya.

Dia mengantarkan saya ke tangga depan ruang kerjanya, harus turun tiga lantai. Waktu naik tadi, tidak ngos-ngosan? Kata Decty. Saya jawab saja tidak. Memang tidak, karena naiknya santai tidak terburu-buru.

Kalau mau tes jantung atau tes seberapa kuat tarikan nafas, ke kantor PU saja. Naik tangga hingga ke lantai tiga. Saya kalau naik, harus mampir di rest area dua kali, kata Deecty. Kalau anggotanya yang masih muda santai-santai saja. Tak ada keluhan. Yang 50 tahun ke atas, bisalah tes-tes jantung, kata Decty sambil tertawa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X