Dalam penelitiannya, Endarman Saputra menemukan gelaran ala Tour de France dipilih karena tak memerlukan biaya tinggi seperti Formula 1 dan MotoGP. PPI Dunia menyematinya PhD sport management pertama di Indonesia, Endarman berkeinginan membentuk asosiasi tempatnya bisa berkolaborasi dengan pakar serta pelaku.
I’IED RAHMAT RIFADIN, Surabaya
APA pengaruh Tour de France yang melintasi berbagai wilayah Prancis terhadap Tour de Singkarak yang dihelat di Sumatera Barat? Itulah inti yang coba diungkap Endarman Saputra dalam disertasinya.
Disertasi itu ternyata menarik hati dewan penguji di Claude Bernard University Lyon 1. Pada 15 Desember lalu, dia berhasil mempertahankan disertasi tersebut sekaligus menyelesaikan studi doktoral setelah 3 tahun bermukim di Lyon, Prancis.
Biro Pers Media dan Informasi Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia merilis Endarman sebagai PhD pertama di bidang sport management di Indonesia. Demikian pula situs resmi Universitas Jambi tempat Endarman mengajar.
"Saya tidak punya data pastinya," kata Endarman tentang status yang disematkan PPI Dunia dan Universitas Jambi. "Tapi, yang pasti, saya bersyukur dan bangga bisa menyelesaikan doktoral saya. Dan, tak kalah penting, bagaimana kontribusi saya untuk tanah air sepulang studi," lanjut pria yang pada 21 Januari ini bakal genap berusia 46 tahun itu, ketika dihubungi Jawa Pos via telepon dari Surabaya (7/1).
Endarman patut bangga karena yang menguji disertasinya adalah para ahli sport management and marketing, sporting event, sport tourism, sport branding, dan sport sociology terpandang di Eropa. Yakni, Profesor Nicolas Chanavat (Universite de Rouen Normandie), Profesor Bastien Soule (Unversite de Lyon 1), Dr Anne-Marie Lebrun (Universite de Bourgogne Franche-Comte), dan Dr Noemi Garcia-Arjoba (Universite Renne 2).
Selama menjalani studi di Lyon, dosen Universitas Jambi itu dibimbing Profesor Guillaume Bodet. Dia adalah peneliti berpengalaman dan telah memiliki reputasi internasional di bidang sport marketing, sport tourism, maupun sport event.
Endarman berangkat ke Prancis dengan beasiswa proyek Advance Knowledge and Skills for Sustainable Growth in Indonesia (AKSI). Proyek itu didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI serta Asian Development Bank (ADB).
Dalam penelitiannya, Endarman menemukan bahwa gelaran Tour de Singkarak memang terinspirasi lekat dengan Tour de France. Gelaran yang kali pertama digelar pada 2009 itu berawal dari keinginan H Gusmal selaku bupati Solok, Sumatera Barat, kala itu untuk mengembangkan potensi wisata di wilayahnya.
Gusmal mendatangi Kementerian Pariwisata di Jakarta. Dia meminta bantuan kementerian itu agar Kabupaten Solok yang memiliki danau indah bernama Singkarak bisa lebih dikenal warga Indonesia maupun dunia.
Setelah melalui berbagai kajian, terpilih event balap sepeda seperti Tour de France untuk memperkenalkan Danau Singkarak. ’’Pertimbangan saat itu, event ini lebih murah dibanding gelaran olahraga lain semisal F1 atau MotoGP. Karena hanya butuh jalan yang bagus,’’ jelas Endarman.