• Senin, 22 Desember 2025

Makin Sulit Dicari, Anggrek Asli Kaltim Makin Terancam

Photo Author
- Senin, 5 Februari 2024 | 11:15 WIB
JADI PERHATIAN: Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik didampingi Surya Sili saat melihat salah satu anggrek langka asli Kaltim yang dirawat anggota DPD PAI Kaltim. RENDY FAUZAN/KP (RENDY FAUZAN/KP)
JADI PERHATIAN: Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik didampingi Surya Sili saat melihat salah satu anggrek langka asli Kaltim yang dirawat anggota DPD PAI Kaltim. RENDY FAUZAN/KP (RENDY FAUZAN/KP)

 

 

Sebagai salah satu tanaman endemik Kaltim, nasib anggrek kian terancam.



SAMARINDA — Kehidupan tanaman bernama ilmiah Orchidaceae itu dibayangi ancaman kepunahan karena ulah manusia. Faktor penyebab terbesar yakni tentang alih fungsi lahan di Kaltim.
Menurut data Dewan Pengurus Daerah (DPD) Pecinta Anggrek Indonesia (PAI) Kaltim, eksploitasi lahan dari aktivitas pertambangan batu bara menjadi salah satu penyebab penurunan jumlah anggrek di Bumi Etam. Disusul dengan alih fungsi lahan ke perkebunan ataupun permukiman.

Itu belum termasuk musnahnya karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sedekade terakhir, Cagar Alam Kersik Luway di Kutai Barat (Kubar), tercatat pernah mengalami karhutla hingga seluas seribu hektare. Padahal, di sana merupakan lokasi anggrek hitam tumbuh subur. Anggrek hitam salah satu tanaman endemik Kaltim.

“Tidak hanya anggrek hitam. Banyak spesies anggrek asli Kaltim lainnya yang kini sulit dicari karena beberapa faktor tersebut,” jelas Ketua DPD PAI Kaltim Surya Sili. Dia mencontohkan, anggrek bulan raksasa. Tanaman itu hanya ada di Kaltim, dan kini sangat sulit ditemukan. Pun ada, dimiliki oleh kalangan terbatas.

“Ada satu anggota kami dari Berau. Beliau merawatnya (anggrek bulan raksasa) bertahun-tahun, karena sadar semakin langka,” jelasnya. Bahkan, demi memastikan tanaman tersebut tetap hidup, dia memaksimalkan pohon pisang sebagai tempat bertumbuhnya.

“Padahal biasanya di pohon kayu. Tetapi dia memaksimalkan yang ada, saking pedulinya dengan keberadaan tanaman tersebut. Apalagi beliau merawat tanaman tersebut secara swadaya,” tegas perempuan yang juga akademikus tersebut.

Untungnya, perkembangan teknologi kini memudahkan mereka dalam menciptakan lebih banyak bibit demi mengatasi kepunahan tersebut. Teknologi bioreaktor disebut bisa mempercepat proses pembibitan dengan kuantitas yang lebih banyak dibandingkan dengan metode alamiah.

“Itu sudah digunakan di beberapa institusi pengembangan benih dan bibit. Salah satunya BBI (Balai Benih Induk) yang juga sudah memanfaatkan teknologi bioreaktor itu,” jelasnya. Menurutnya, teknologi itu bisa menciptakan ratusan bibit dalam sekali pengembangan. “Dan, tentu saja yang harus dikembangkan adalah yang asli Kaltim,” urainya.

Salah satu upaya perluasan wawasan seputar nasib anggrek asli Kaltim itu juga tengah mereka genjot. Menggandeng sekolah menengah atas dan kejuruan di Kaltim, mereka ingin pelajar mengenali tanaman asli tanah kelahirannya.

Hal tersebut didukung Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik. Menurutnya, tidak hanya menumbuhkan tanamannya, menumbuhkan kecintaan terhadap anggrek juga harus dipupuk sejak usia dini. Salah satunya sejak tingkat pelajar. Karena itu, diseminasi alias penyebarluasan gagasan tersebut kini bersifat krusial.

“Kekayaan flora kita ini memang harus diwariskan. Jangan hanya eksis di kalangan pencintanya saja,” ucapnya di sela-sela pelantikan pengurus DPD PAI Kaltim dan sembilan dewan pengurus cabang (DPC) PAI di Kaltim, Kamis (1/2) malam.

“Kita sekarang menerapkan Kurikulum Merdeka. Itu bisa dimaksimalkan untuk menyelipkan wawasan seputar tanaman asli Kaltim dalam pembelajaran. Tidak hanya anggrek, ada ulin, bengkirai, meranti, hingga gaharu. Kaltim punya 400-an SMA dan SMK. Perlu langkah serius untuk itu. Gandeng kepala daerah masing-masing untuk mendukung upaya tersebut,” tegas pria yang juga dirjen Otda Kemendagri RI tersebut. (ndy/far/k16)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

X