Mahalnya harga beras punya dampak signifikan bagi perekonomian Kaltim. Warga pun mengeluh. Celakanya, ada oknum yang memanfaatkan kondisi itu.
SEJAK Januari lalu, harga beras secara nasional menunjukkan tren kenaikan. Bahkan, menembus angka tertinggi dalam sejarah mencapai Rp 18 ribu per kilogramnya. Rekor itu untuk beras kategori premium. Sejumlah faktor diduga menjadi penyebabnya. Mulai terlambatnya musim tanam dan panen padi akibat fenomena el nino pada 2023 lalu. Hingga program bantuan sosial (bansos) pemerintah sebelum Pemilu 2024.
Di Kaltim, mahalnya harga beras itu pun juga dirasakan masyarakat. Di pasaran, untuk beras premium berdasarkan pantauan Kaltim Post akhir pekan ini rata-rata dijual Rp 17.000 - 17.500 per kilogram. Dan termahal mencapai Rp 18.200 per kilogram untuk kemasan 5 kilogram. Meski secara stok disebut masih tergolong aman, termasuk untuk stok menghadapi Ramadan dan Idulfitri nanti.
Mengunjungi salah satu ritel modern di Balikpapan, Kaltim Post menemukan kondisi tingginya harga beras itu tidak memengaruhi penjualan. Bahkan karena memasuki Ramadan, permintaan cenderung tinggi. Itu karena banyak masyarakat, pemerintahan hingga perusahaan yang memerlukan beras untuk kegiatan bansos.
Store Manager Yova Mart Balikpapan Nani Rosana menjelaskan, peningkatan harga beras sudah dimulai sejak Januari 2024. Bertahap naik setiap pekan. Sekitar Rp 200 – 300 per kilogramnya. Terus terjadi hingga akhir Februari lalu. Pada awal Maret, trennya stabil namun masih tinggi. Dan secara pasokan, pihaknya menyebut tidak pernah kesulitan mendapatkannya dari distributor.
“Dari distributor secara stok masih aman. Karena berapa yang kami minta pasti dikirim. Namun, memang untuk harga tetap tinggi. Karena informasi dari distributor mahalnya harga beras ini disebabkan tingginya harga gabah di tingkat petani,” ucap Nani, Sabtu (9/3).
Perempuan berjilbab itu melanjutkan, meski harga beras premium mahal, namun konsumen tetap mampu membeli. Tanpa harus beralih ke beras medium. Karena banyak dari pelanggan merupakan konsumen setia merek beras tersebut. Meski ada saatnya stok beras merek tersebut menipis, biasanya beralih ke merek lain namun dengan kualitas yang sama.
“Hal ini (stok menipis) lebih kepada beras medium. Karena di distributor pun stok beras medium dengan merek-merek tertentu juga menipis. Jadi, biasanya konsumen beralih ke merek lain yang sama kualitasnya,” ungkapnya.
Yova Supermart sendiri disebutnya biasa mendatangkan beras dari distributor sebanyak 3-5 ton per pekan. Saat ini secara keseluruhan pihaknya memiliki stok hingga 17,5 ton. “Secara penjualan, karena memasuki Ramadan dan Idulfitri, biasanya meningkat hingga 100 persen,” imbuhnya.
PERMAINAN OKNUM
Dalam wawancara dengan Kaltim Post awal pekan lalu, Kepala Dinas Perdagangan Balikpapan Haemusri Umar mengatakan, sebenarnya ketersediaan stok beras sesuai informasi Bulog masih aman hingga Juni. Artinya pasca-Lebaran terbilang aman. Begitu pula ketersediaan stok beras premium di ritel juga terpantau cukup. Haemusri menambahkan, persoalannya karena ada pihak yang bermain.
“Mohon maaf karena ada perilaku oknum yang mengambil beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP),” katanya. Itu membuat distribusi beras SPHP tidak merata di pasar tradisional. Akhirnya, mendongkrak harga beras juga semakin naik di pasaran. “Sementara ini lagi proses penyelidikan polisi. Jadi, ditunggu saja pihak aparat bekerja,” ucapnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Kaltim Post