Terjadi dalam waktu cepat. Si jago merah mengamuk di kawasan permukiman padat yang minim pasokan air. Warga menggunakan alat seadanya. Proses pemadaman tak bisa berjalan mudah.
SAMARINDA–Asap hitam membubung, membuat panik warga dan pelajar SMP 5 Samarinda.
Para penakluk api beradu kecepatan menuju titik lokasi kebakaran. Api sulit dikendalikan lantaran akses jalan sempit. Rumah tak bersekat membuat pemadam berbagi titik untuk meredam amukan.
Kemunculan api berasal dari rumah tingkat dua di Jalan Wijaya Kusuma V, RT 17, Kelurahan Air Putih, Kecamatan Samarinda Ulu, Selasa (19/3). Terik di siang disertai angin kencang membuat api semakin sulit dikendalikan. Itu menyebabkan si jago merah leluasa bergerak. Bahkan menyeberang ke SMP 5 Samarinda. Proses pembelajaran yang memang tidak ada di ruang kelas, namun rata-rata dipusatkan di masjid sekolah. Aktivitas dihentikan lantaran titik kemunculan api persis di samping sekolah tersebut.
Kepala SMP 5 Samarinda Diah Astuti menerangkan, insiden kemunculan api beruntung diketahui pihak sekolah. Pasalnya, pada waktu itu, peserta didik khususnya kelas VIII tengah fokus mengikuti agenda sekolah, yakni pesantren Ramadan.
Setelah diketahui, para pelajar diarahkan untuk segera menyelamatkan tas yang berada di kelas. “Anak-anak langsung kami evakuasi semua. Yang diselamatkan itu laptop, berkas penting, dan tas anak-anak,” ujarnya saat dikonfirmasi di sela-sela pemadam sedang mendinginkan bekas kobaran api.
Kemudian, lanjut Diah, banyak ruangan yang terbakar dan tidak bisa dipergunakan, itu disebabkan amukan api. Diah menjelaskan, sembilan ruang kelas hangus dan dipastikan tidak bisa digunakan untuk proses belajar. Sementara sisanya ada yang terdampak dari kobaran api. Itu terdiri dari kamar mandi, ruang UKS, dan ruangan tempat menyimpan alat-alat marching band. “Saya tidak tahu apakah ada barang anak-anak ada yang terbakar. Fokus kami keselamatan mereka untuk keluar terlebih dahulu, mungkin ada alat marching yang terbakar,” tegasnya.
Untuk diketahui, sekolah tersebut berdiri sejak 1974 dan beroperasi 1975. Diah menegaskan, ruangan yang ada di sekolah tersebut sebelumnya pernah dilakukan renovasi. Salah satu dari perbaikan itu terkait atap ruangan yang sebelumnya berbahan kayu-sebutan sirap. Seiringnya waktu, atap tersebut dibenahi menjadi lebih baik.
“Tapi sirapnya masih ada, renovasi itu hanya menimpa sirap yang sudah terpasang,” sambungnya. Anak-anak langsung dipulangkan. Sebab, dikhawatirkan percikan api kembali datang.
Terpisah, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Samarinda Hendra mengatakan, minim air dan akses yang sempit membuat tim pemadam kebakaran sedikit mengalami kesulitan. Sebanyak tiga kepala keluarga terdiri dari 12 jiwa tertimpa musibah tersebut.
“Penanganan kebakaran itu diperkirakan memakan waktu 90 menit,” singkatnya. (dra/k8)