• Senin, 22 Desember 2025

Strategi Pendekatan ke Hulu, Atasi Bayi Lahir BBLR di Balikpapan, Intervensi Tengkes di 18 Kelurahan

Photo Author
- Minggu, 31 Maret 2024 | 18:30 WIB
Ilustrasi stunting. Desa se-Kaltim membangun 585 sarpras untuk cegah stunting (anak pendek karena kurang gizi). (Kalteng Pos/Jawa Pos Group)
Ilustrasi stunting. Desa se-Kaltim membangun 585 sarpras untuk cegah stunting (anak pendek karena kurang gizi). (Kalteng Pos/Jawa Pos Group)

 

 

Sebanyak 18 kelurahan menjadi target intervensi penanganan tengkes oleh tim pengendali penurunan stunting Kaltim di Balikpapan.

---

BALIKPAPAN–Upaya penanganan stunting atau tengkes di Kota Beriman terus berlanjut. Teranyar Pemkot Balikpapan melaksanakan rembuk stunting menyusun rencana penanganan stunting. Rapat diikuti lintas sektor OPD, tim pengendali penurunan stunting Provinsi Kaltim, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim, dan sebagainya.

Baca Juga: Kenapa Ini Sopir ? Usai Tabrak Pedagang lalu Terjun ke Kali

Asisten III Administrasi Umum Andi Sri Juliarty mengatakan, rembuk stunting merupakan tahapan ketiga dari total delapan aksi wajib dilakukan pemerintah kabupaten/kota dalam pencegahan dan penurunan stunting. Aksi pertama yakni pengumpulan data untuk analisis.

Aksi kedua setelah mendapatkan data yakni menyusun rencana. Selanjutnya aksi ketiga yakni rembuk. Dalam kesempatan tersebut, semua sepakat menetapkan kelurahan mana saja yang mendapat intervensi prioritas. Jumlah kelurahan ini bertambah dari intervensi sebelumnya.

Sebab tidak hanya mengukur kelurahan dengan kasus tengkes, namun ada tambahan sasaran intervensi pada kelurahan yang memiliki keluarga berisiko. “Total ada 18 kelurahan sebagai target intervensi dan kesepakatan target 19 persen pada 2025,” kata perempuan yang akrab disapa Dio tersebut.

Dia melihat penyebab stunting di Balikpapan berbeda dari daerah lain. Sehingga pihaknya memberikan intervensi sesuai akar masalah. “Salah satunya pendekatan ke hulu,” tuturnya. Seperti remaja, calon pengantin, dan ibu hamil. Sebab ditemukan banyak bayi lahir dengan berat badan kurang dari normal di Kota Beriman.

Ini disebut dengan BBLR atau bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. “Nanti kalau tidak segera ditangani akan terus-menerus menjadi penyumbang stunting,” ucapnya. Sehingga tidak hanya fokus mengatasi kasus stunting yang sudah ada pada anak berusia 0–59 bulan.

Namun sembari mencari sumber masalah agar tidak ada penyumbang kasus baru di masa mendatang. “Itu yang harus ditekan karena sulit dan butuh waktu untuk keluar dari status stunting. Jadi kita lakukan penanganan, tapi pencegahan juga harus jalan dengan pendekatan ke hulu,” bebernya.

Misalnya perlu edukasi terus-menerus, mencegah pemahaman salah terhadap gizi dan pola asuh anak. Setelah rembuk stunting, langkah selanjutnya Bappeda Litbang akan melakukan pertemuan teknis. “Ini menghadirkan camat, lurah, puskesmas, PKK, kita bantu mereka berkolaborasi dan bersinergi di lapangan,” tutupnya. (rdh/k8)

 

DINA ANGELINA

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X