• Senin, 22 Desember 2025

Siasati Harga Komoditas, Petani di PPU Sambut Baik SRG untuk Atasi Tumpukan Beras

Photo Author
- Selasa, 28 Mei 2024 | 14:00 WIB
ilustrasi padi
ilustrasi padi

Usulan mantan Direktur Sumber Daya Manusia, Perusahaan Umum Daerah Benuo Taka (PBT) Penajam Paser Utara (PPU), Taufik, terkait Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai solusi jangka panjang untuk mengantisipasi terulangnya ribuan ton beras di daerah ini yang tidak terserap oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perberasan nasional, ditanggapi positif oleh petani.

 

Prokal.co - PENAJAM-Totok Suprapto, ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) PPU, yang mengaku mewakili petani di Kecamatan Babulu, PPU, mengatakan SRG dapat membantu petani menyiasati harga komoditas padi atau beras.

"Petani dapat menyimpan gabah di SRG saat harga murah dan menjualnya saat harga tinggi," ujar Totok Suprapto, Senin (27/5). “Program ini sangat cocok untuk membantu petani. Tetapi dipastikan saja, soalnya selama ini mengenai SRG itu sekadar wacana sejak 2012. Pemerintah belum betul-betul memerhatikan petani," tambahnya.

Menurut dia, SRG berfungsi untuk menyiasati harga komoditas padi atau beras. "Tatkala harga komoditas ini murah, petani dapat memasukkannya melalui SRG dan nanti dibayari oleh pengelola SRG. Meski demikian, tidak selalu komoditas yang disimpan di SRG dijual kepada pengelola. Nah, setelah harga mahal petani bisa mengambil dari gudang untuk dijual," katanya.

Petani, kata dia, sangat menyambut positif program ini. "Saya dengar mau dibuat SRG ini sudah ada sejak 2012, tetapi tidak terealisasi sampai 2024 ini. Berapa tahun itu," ujarnya.

Namun, pernyataan ini berbeda dengan pendapat Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setkab PPU, Nicko Herlambang, Senin (27/5). Menurut dia, bukan itu yang diperlukan petani.

"Masalahnya, petani maunya duit cash. Petani bukan mau menyimpan," kata Nicko Herlambang. "Kalau menyimpan petani pakai gabah sebagai stok. Kalau SRG petani sudah paham," tambahnya.

Namun, dia tidak menanggapi saat disebut bahwa SRG dipersiapkan untuk jangka panjang, terkhusus untuk mengatasi persoalan seperti yang terjadi seperti sekarang ini, yaitu terjadi ribuan ton beras petani yang menumpuk pada penggilingan-penggilingan dan rumah petani.

Penyebabnya, selain tidak terserap oleh BUMN perberasan nasional, petani juga terbentur oleh harga jual yang tidak seperti mereka harapkan.

Seperti diwartakan Senin (27/5), permasalahan ribuan ton beras petani di PPU yang tak terserap BUMN perberasan nasional masih jadi perbincangan hangat. Taufik, mantan direktur Sumber Daya Manusia, Perusahaan Umum Daerah Benuo Taka (PBT) PPU, turut memberikan solusi untuk atasi masalah ini.

Taufik mengatakan, saat ia menjabat bersama Direktur PBT PPU kala itu, Wahdiat (alm), telah merancang program antisipasi penumpukan beras pada 2018. Salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan menerapkan SRG.

“SRG ini menjadi solusi untuk mengatasi tidak terserapnya beras dan termasuk harga yang cenderung anjlok di saat pasokan beras melimpah,” ujar Taufik kepada Kaltim Post, Minggu (26/5).

Dijelaskannya, melalui SRG, komoditas yang dimiliki petani dapat disimpan di gudang dan diterbitkan resi gudang oleh pengelola gudang yang telah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kementerian Perdagangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Rekomendasi

Terkini

X