Oleh : Dedy Pratama
(Koordinator Bidang Pengembangan Kebijakan dan Sistem Penyiaran, KPID Kaltim)
PADA 11 September, Indonesia merayakan Hari Radio Nasional. Ini sebuah momen yang menggugah ingatan kita akan peran penting radio dalam sejarah bangsa. Radio, sebagai media penyiaran pertama yang mendominasi dunia informasi, telah berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dari lantunan suara Bung Tomo yang menggema di seluruh Nusantara hingga informasi strategis yang disampaikan lewat udara, radio menjadi saksi bisu perjuangan bangsa. Namun, di era digital ini, tantangan besar mengancam eksistensi dan peran radio sebagai media penyiaran.
Nah, Hari Radio Nasional menjadi momentum untuk memerdekakan kembali pendengar, menjadikan radio sebagai media yang tetap relevan dan diandalkan.
Sejarah radio di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari semangat perjuangan kemerdekaan. Sejak pertama kali diperkenalkan, radio telah menjadi medium yang strategis untuk menyebarkan informasi, membangun semangat juang, dan menggalang persatuan.
Pada masa pendudukan Jepang, radio digunakan oleh para pejuang kemerdekaan untuk menyebarkan berita proklamasi ke seluruh pelosok negeri. Keberadaan radio pada saat itu menjadi simbol perlawanan, penyambung suara rakyat, dan penghubung antar daerah yang terisolasi.
Radio tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi, tetapi juga sebagai alat perjuangan. Pada masa-masa awal kemerdekaan, informasi mengenai situasi politik dan militer disebarluaskan melalui radio, membuat rakyat tetap waspada dan termotivasi.
Dari sinilah, radio mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat Indonesia sebagai media yang bisa diandalkan dan dipercaya. Namun, seiring berkembangnya teknologi digital, radio menghadapi tantangan besar. Data yang diambil dari RRI menunjukkan bahwa jumlah pendengar radio semakin tergerus.
