PONTIANAK POST - Warga di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat digemparkan dengan serangan buaya ganas air tawar (nama latin Crocodylus Siamensis) yang berada di Perairan Sungai Sejenuh dan Simpang Aur.
Tiga orang dilaporkan menjadi korban dan diduga diseret ke dalam sungai. Sampai sekarang teror, binatang-binatang liar ini masih menghantui ratusan warga yang tinggal di pinggiran sungai.
Baca Juga: Buntut Video Viral yang Hina Profesi Guru, ABG asal Pontianak Ini Dilaporkan ke Polda Kalbar
Dari penelusuran Jurnalis Pontianak Post di tempat kejadian perkara dilaporkan ada tiga korban yang menjadi keganasan buaya, diantaranya adalah Markes Hasibuan (10), seorang anak dari warga Kampung Simpang Aor, Desa Tanjung Beringin yang dilaporkan hilang pada 18 Februari 2025.
Ronaldo (6), seorang dari Dusun berbeda yakni Kepala Sejenuh juga dilaporkan hilang pada Minggu, 2 Februari 2025. Salah satu orang korban yang sudah dewasa yakni Jamal, warga Desa Tanjung Beringin, seorang operator kapal bibit sawit juga diseret buaya air tawar di Sungai Keluang, tak jauh dari dua lokasi tersebut.
Bedanya, Jamal diseret buaya ganas pada bulan Agustus tahun 2024 silam. Namun dua hari setelah kejadian, tubuh korban masih dapat ditemukan. Sementara korban anak-anak yakni Markes dan Ronaldo sampai sekarang masih dalam pencarian Basarnas Kayong Utara, Polair Polda Kalbar di Batu Ampar dan Bhabikamtibnas di Batu Ampar.
Saksi mata, ibu kandung Markes yakni Anek menyebutkan tidak menyangka bahwa anaknya akan pergi dengan cara seperti itu. Dia masih ingat pada waktu kejadian, sekitar pukul 10.00 Wib pagi, si Markes sedang bermain atau mandi cebur di sungai. Kebetulan lanting dekat rumahnya hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya.
"Saya terkejut ketika anak saya dari lanting dan berpegangan kayu tua seperti ditarik ke tengah-tengah sungai oleh binatang dari dalam air. Saya berteriak lantang dan nyaring sambal berdoa. Kemudian saya menceburkan diri untuk menarik anak saya, tetapi gigitan buaya rupanya lebih kuat membawa anak saya tenggelam," kata Anek, bercerita sambil meneteskan air mata di pipinya mengingat kejadian tersebut dihadapan jurnalis, Ketua Fraksi PDIP Kalbar (Agus Sudarmansyah), Junaidi (Polairud Polda Kalbar di Batu Ampar), Wisnu (Bhabinkamtibnas Polsek Batu Ampar), Teguh (Ketua Tim Basarnas Kayong Utara beserta jajaran) dan warga sekitar.
Anek tak menyangka bahwa anak bungsunya tersebut tidak akan terlihat bermain lagi seperti biasa pada hari-hari biasanya. "Itulah terakhir saya ingat dengan si bungsu Markes. Di rumah waktu itu sedang sepi, bapaknya Markes sedang di ladang. Yang lain juga tengah bekerja di dapur. Saya tak tahu, tiba-tiba dia mandi di lanting dan bermain air, sampai kejadian begini datang," ucapnya mengingat kejadian 7 hari silam.
Cerita berbeda disampaikan ibu kandung Ronaldo(6), yang juga menjadi korban keganasan buaya air tawar ini.
Dia ingat bahwa anaknya sedang bermain bersama pamannya di lanting sungai dekat rumah. Kebetulan juga, dirinya sedang didapur.
"Tiba-tiba, paman anak saya berteriak dan memberi tahu bahwa anak saya, Ronal (Ronaldo) diseret binatang ganas dari bawah air. Dia (paman anak saya) berusaha mengapainya, tetapi cengkraman dan seretan binatang buas tersebut lebih ganas. Sampai sekarang Ronal belum ditemukan," ucapnya terisak-isak menangis dan tak terasa air matanya mengalir sendiri. (den)