• Senin, 22 Desember 2025

TBS Malinau Dijual ke Nunukan

Photo Author
- Selasa, 15 Januari 2019 | 13:54 WIB

MALINAU  - Petani kelapa sawit di Kabupaten Malinau belakangan ini banyak menjual hasil panennya ke Sebuku, Kabupaten Nunukan. Hal itu dikarenakan kondisi harga tandan buah segar (TBS) di Bumi Intimung dinilai kurang bagus.

Hal ini seperti diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Malinau Ir. Kristian Muned, MT saat diwawancara Radar Kaltara di ruang kerjanya, belum lama ini. Disebutkan juga, harga TBS di Malinau saat itu bisa mencapai Rp 800 per kg. Padahal, sebelumnya harga cukup bagus bisa berkisar Rp 1.300 per kg. Oleh karenanya, petani sementara ini lebih memilih ke luar daerah.

“Kita ketahui bersama juga, produksi sawit sejauh ini belum maksimal. Jadi, petani kebun sawit ada kalanya banyak lepas ke Sebuku,” ungkap pria berkaca mata ini.

Lebih lanjut, dengan adanya sikap petani yang lebih memilih penjualan ataupun produksi di luar dari Malinau ini. Menurutnya, itu merupakan sebuah pekerjaan rumah (PR) baginya. Pasalnya, bisa saja bila tak segera disikapi, Malinau yang notabennya saat ini ikut bergerak di bidang perkebunan sawit akan terhenti.

“Memang kalau bicara normalnya seperti apa, saat ini tidak ada. Karena secara internasional soal penentuan harga TBS-nya,” ujarnya. “Tapi, nanti pelan-pelan akan kita benahi juga tentang masalah-masalah yang sebelumnya masih belum terselesaikan,” sambungnya.

Di sisi lain, Kristian mengatakan, di Malinau soal perkebunan sawit menurutnya juga memiliki potensi ke depannya. Ini dikarenakan di Malinau memiliki salah satu pabrik yang menerima TBS dari petani kelapa sawit. Oleh karenanya, dengan cara-cara itu sekiranya dapat memberikan sedikit pandangan kepada masyarakat untuk tetap bertahan di Malinau.

“Adanya perkebunan kelapa sawit yang dikelola masyarakat. Ini sebenarnya juga dapat meningkatkan pendapatan dan penghasilan masyarakat petani kelapa sawit. Apalagi, produktivitas yang dihasilkan bisa mencapai 1 ton. Maka, itu sebenarnya menandakan bahwa perkebunan kelapa sawit yang dikelola warga cukup baik,” tuturnya.

Sementara, harga TBS tiga bulan terakhir di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) memang tidak stabil. Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kaltara, Marten Juk menyampaikan, penetapan harga TBS ditetapkan tiap bulan bersama tim Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara. Tim melakukan pertemuan penentuan harga TBS sesuai dengan data dan informasi dari perusahaan di Kaltara.

Penetapan harga TBS telah disesuaikan dengan aturan yang berlaku dan berdasarkan hitungan. Untuk menentukan harga TBS di tiap daerah memiliki rumus hitungan tersendiri berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Pertanian Nomor 14/Permintaan/OT 140/2/2013 tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Kelapa Sawit Produksi Perkebunan.

“Sehingga, untuk penetapan harga TBS tiap bulan perlu dirapatkan. Rapat dilakukan minggu terakhir bulan berjalan. Sehingga, masuk di awal bulan harga TBS telah ditetapkan tim,” ujar Marten Juk.

Diungkapkan, dari lima kabupaten kota di Kaltara, Nunukan dan Bulungan merupakan daerah penghasil TBS terbanyak. Sedangkan, untuk sejumlah daerah tergolong minim. Diketahui, Kabupaten Nunukan pada 2017 lalu memiliki luas perkebunan kelapa sawit sekira 77.880 hektare. “Nunukan dan Bulungan yang memilik perkebunan cukup luas di Kaltara,” bebernya.

Diketahui, luasan perkebunan terbagi dua jenis perkebunan kelapa sawit. Di antaranya, perkebunan Perusahaan Besar Swasta (PSB). Tak hanya itu, Nunukan juga memiliki tujuh pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 265 ton per jam. Dengan begitu produksinya setiap tahun mengalami peningkatan sejak 2015 sebanyak 1.713.478 ton, kemudian 2016 menjadi 1.793.880 ton.

Sedangkan, mengenai hasil produksi pertanian dan perkebunan di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan hingga diekspor ke luar negeri.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kaltara, A.M Santiaji Pananrangi mengungkapkan, salah satu hasil perkebunan yang dimaksud itu yakni kelapa sawit. Dikarenakan sejauh ini kelapa sawit memang hasilnya sudah cukup melimpah. “Tapi, sebenarnya masih banyak lagi selain sawit. Misal, beras dan buah-buahan,” ungkapnya.

Lanjutnya, melimpah hasil perkebunan itu ditunjang dengan jarak yang cukup dekat dengan negara tetangga yaitu Malaysia. Oleh karenanya,  sejauh ini proses ekspor kerap terjadi. Sekalipun masih belum dinyatakan resmi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X