FULL DAY SCHOOL KALTARA TERKENDALA
Penerapan full day school bagi setiap sekolah sampai saat ini masih terus berjalan. Hanya untuk sekolah yang ada di Kaltara, terutama SD dan SMP negeri masih belum berlaku. Masih banyak sekolah yang belum siap.
Mendikbud Muhadjir Effendy menuturkan full fay school nasional sampai saat ini masih terus berjalan secara bertahap. Terutama bagi SMA dan SMK di hampir seluruh Indonesia. Yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi disdikbud masing-masing daerah mengenai pembagian beban kerja guru yang harus 8 jam selama 5 hari kerja per minggunya.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah guru-guru, terutama yang sudah mendapatkan sertifikat profesi. Misalnya beban mengajarnya yang kurang akibatnya tidak mendapatkan tunjangan profesi.
“Tetapi jika sudah 8 jam selama 5 hari kerja per minggu, maka itu secara teoritik tidak ada lagi guru yang tidak bisa mendapatkan tunjangan profesi,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Tarakan Ilham Nor mengatakan sampai saat ini untuk sekolah negeri yang ada di Tarakan terutama SD dan SMP masih belum menjalankan full day school. Sementara sekolah yang menerapkan justru yang dikelola yayasan.
Belum diterapkannya karena persoalan sarana prasarana, kurangnya guru, dan menyangkut dari pada kesiapan sekolah itu sendiri. Full day school itu harus dari sekolah, prasarana, guru, siswa dan orang tua siap mendukung. Sedangkan selama ini yang menjalankan hanya sekolah swasta saja seperti Muhammadiyah Boarding School (MBS). MBS mewajibkan siswanya di asrama untuk tinggal dalam beberapa waktu.
Apalagi, sekolah negeri yang ada masih dapat dihitung dengan jari yang melaksanakan sekolah di pagi hari, sementara sebagian besarnya melaksanakan double shift atau sekolah pagi dan siang. Sementara full day school penerapannya harus hanya pagi hari saja, karena pembelajaran dilaksanakan sampai sore atau bahkan malam hari. Jika sekolah melakukan double shift, maka siswa bisa saja pulang malam. Sehingga masih sangat sulit jika dilakukan di Tarakan.
Sehingga pihaknya mencoba untuk sekolah-sekolah tertentu yang sudah mapan dan menggunakan standar pagi hari saja sampai sore hari. Hanya masih terkendala oleh kurangnya guru yang ada di Tarakan. Sehingga ini masih sangat sulit jika harus dilakukan secara menyeluruh.
Kepala SDN 037 Tarakan Dharmawati mengatakan pihaknya juga belum melaksanakan kegiatan full day school dikarenakan sarana dan prasarananya belum memadai. Kelas I dan II masih pararel atau bergantian menggunakan ruangan. Sehingga masih belum dapat melaksanakan kegiatan ini.
Ditambah lagi dengan belum adanya kantin yang layak dan ruang untuk anak beristirahat, saat siwa lelah mengikuti pelajaran selama satu hari penuh. “Juga belum ada instruksi dari Disdikbud Tarakan untuk melaksanakan kegiatan ini. Dan kami juga masih belum siap,” ujarnya. (*/naa/lim)