Pesta demokrasi tidak lama lagi akan bergulir. Lalu KPU sebagai penyelenggara tentu tidak ingin selama pelaksanaan terdapat suatu kendala. Misal, masih tidak pahamnya masyarakat terhadap surat suara ataupun justru enggan menggunakan hak pilihnya. Oleh karenanya, pada pemilu ini KPU kembali merekrut relawan demokrasi.
RACHMAD RHOMADHANI
PEMILIH pemula merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mengapa? Tentunya sedikit banyak ini akan berpengaruh pada capaian tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 yang berlangsung secara serentak ini.
Dan untuk mengantisipasi agar pemilih pemula tersebut dapat dengan benar menggunakan hak pilihnya. KPU selaku penyelenggara tak hanya gencar dalam melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
Ya, melainkan baru-baru ini diketahui KPU di setiap kabupaten/kota di Kaltara dan daerah lain di Indonesia telah merekrut sedikitnya 55 orang yang akan dijadikan relawan demokrasi.
Sementara, relawan demokrasi ini sendiri merupakan sebuah gerakan sosial yang nantinya diharapkan dapat mendorong tingkat partisipasi pemilih. Sehingga mereka nantinya memiliki andil dalam menyosialisasikan kepada masyarakat tentang tata cara menggunakan hak pilihnya dengan benar.
Berdasarkan informasi yang dihimpun awak media Radar Kaltara, dalam proses seleksi rekrutmen calon anggota relawan demokrasi. Hal itu, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Di mana calon anggota harus melewati berbagai tahapan. Mulai dari seleksi berkas hingga tes wawancara.
Untuk berkas sendiri para calon tak sekadar melengkapi dengan data dirinya dan formulir pendaftaran sebagai relawan demokrasi. Namun, mereka dalam secarik kertas putih diwajibkan untuk sedikit banyak memberikan ide-ide segar dan inovatif dalam mengajak masyarakat untuk memilih.
Diakui dari petugas seleksi itu sendiri, dari hasil tulisan itu yang menjadi dasar-dasar calon anggota bisa melangkah ke tahap selanjutnya. Di samping perlengkapan berkas lainnya yang wajib dipenuhi. “Agak susah memang menulis karya tulis ajakan memilih itu,” diakui Tuti salah seorang peserta seleksi calon anggota relawan demokrasi di KPU Kabupaten Bulungan.
Namun, wanita berhijab ini tidak menyerah begitu saja. Berbekal tinta hitam miliknya, satu persatu kata mulai disusunnya dengan rapi hingga menghasilkan karya tulis sebagai salah satu persyaratannya. “Alhamdulillah, selesai juga menulisnya,” ucapnya seraya bersyukur dan berharap hasil karya tulisnya bisa memikat hati petugas seleksi.
Dan selang beberapa hari proses tes wawancara oleh setiap calon anggota yang dinyatakan lolos seleksi berkas pun berlanjut. Lagi-lagi ini tak ubahnya pada seleksi sebelumnya. Di mana tes wawancara ini calon anggota ditanya mengenai motivasi dan pengetahuannya tentang pemilu.
Satu persatu peserta memasuki ruang seleksi untuk siap diserbu berbagai pertanyaan dari petugas seleksi. Alhasil, ada yang keluar dengan raut wajah gembira lantaran dirinya bisa menjawab dengan benar. Namun, ada juga yang menunjukkan raut wajah cukup murung.
“Bagi peserta yang nantinya dinyatakan lolos nanti akan ada bimbingan kembali. Diharapakan kehadirannya,” ujar Lilik salah seorang petugas seleksi sekaligus sebagai Komisioner KPU Bulungan.
Akhirnya, satu persatu peserta seleki pulang kembali ke rumahnya dengan besar harapan mereka-mereka ini dapat lolos hingga ditetapkan sebagai relawan demokrasi. “Ikhtiar saja dulu, mudahanlah lolos,” ucap salah seorang peserta seleksi yang enggan namanya dikorankan.
Namun, saat ditanya awak media mengenai target tatkala dirinya lolos. Ia mengaku hal utama yang akan disosialisasikan yaitu soal perbedaan jenis warna surat suara. Pasalnya, untuk saat ini jelas banyak masyarakat yang tak mengetahui tentang warna dari lima lembar surat suara itu.
