• Senin, 22 Desember 2025

Krisis Air, Pemprov atau Pemerintah Pusat

Photo Author
- Selasa, 5 Maret 2019 | 14:16 WIB

TARAKAN – Masyarakat Tarakan tengah dihadapkan pada krisis air bersih. Beberapa embung yang diharapkan dapat menyuplai kebutuhan air baku di sejumlah instalasi pengolahan air (IPA) milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Alam tak dapat digunakan. Kondisinya semakin memprihatinkan.

Hujan yang belum turun dalam beberapa pekan terakhir, membuat sumber-sumber air baku PDAM berkurang. Embung yang merupakan wadah mengumpulkan air baku, juga tak dapat digunakan maksimal.

Direktur Utama (Dirut) Tirta Alam Tarakan Said Usman Assegaf mengungkap hanya ada beberapa embung yang masih dapat digunakan. "Untuk Embung Persemaian itu masih ada, masih bisa bertahan karena ada embung bantuan dari Bengawan. Sebentar lagi kan nyusul air Embung Rawasari, tidak lama lagi digunakan. Berdoa saja semoga dalam beberapa hari akan turun hujan," tuturnya, kemarin (4/3).

Meski demikian, ia menerangkan saat ini terdapat satu embung air baku yang sudah tidak dapat difungsikan. Sumber air tersebut ialah Embung Binalatung yang berada di Kelurahan Skip Kampung Satu. "Nah yang di Kampung Satu itu memang sudah tidak bisa digunakan sama sekali. Nah yang kami bisa lakukan sekarang ini, itu ada anak sungai di sekitar Embung Kampung Satu, itu yang kami cangkul, kemudian kami jalankan. Itu 4 jam kami matikan mesin itu. Kemudian kami tunggu dulu airnya turun, nanti 5 sampai 6 jam kami hidupkan lagi mesinnya," terang Usman.

"Selain Kampung Satu sungai di Kampung Bugis itu juga lumpuh. Kenapa karena 60 persen pasokan air limbah Kampung Bugis itu dari Embung Binalatung Kampung Satu. Jadi sekarang IPA Kampung Bugis, dari 130 liter per/detik itu turun jadi 30 liter/detik. Itu pun kami pikir yang penting mengalir saja dulu air warga. Meskipun nanti warnanya keruh atau alirannya kecil," tukasnya.

Ia melanjutkan jika saat ini embung yang masih dapat beroperasi secara normal hanya bertahan 10 hari tanpa hujan. Hal itulah yang menjadi kekhawatiran. Walau begitu, ia jika terjadi hujan setiap malam meski dalam intensitas kecil akan membantu untuk beberapa hari ke depan.

Selain itu, karena kondisi krisis air saat ini, mau tidak mau pihaknya memberlakukan penyetopan distribusi secara bergilir dengan waktu yang tidak pasti. "Saat ini ada pemadaman aliran air bergilir. Kalau kami atur jadwal terus jangkauan air juga tidak sampai di wilayah itu kan tidak bisa juga. Jadi kami lihat kondisinya. Misalnya kalau sekarang kapasitas air tidak bisa menjangkau Sebengkok dan hanya bisa menjangkau Karang Anyar maka air di Sebengkok tidak jalan. Air yang di Karang Anyar yang jalan. Yang jelas, setiap ada yang mengalir pasti ada wilayah yang airnya tidak jalan," tuturnya.

"Kami sudah kenyang sumpah serapah masyarakat. Kami hanya memaklumi ketidaktahuan masyarakat. Meski mereka tidak tahu siang dan malam kami terus berupaya memutar otak supaya air di rumah mereka tetap bisa jalan. Itulah risiko kami," ujar Usman.

 

BERHARAP SENTUHAN GUBERNUR

Wali Kota Tarakan dr. Khairul, M.Kes, sebelum resmi menjabat, sudah berkomunikasi dengan Kementerian PUPR. Ia menyimpulkan, jika hujan tak turun, misalnya dalam dua pekan, maka akan timbul persoalan ketersediaan air bersih.

“Selama ini kita hanya mengandalkan penampungan air melalui embung,” bebernya.

Menambah jumlah embung, tidak dapat dipandang solusi yang baik. Yang terjadi, ketika tidak hujan, maka seluruh embung tidak dapat menyuplai maksimal.

Solusi terbaik, kata dia, melalui proses perpipaan yakni harus mendatangkan air dari luar kota, entah berupa air baku maupun curah. Khairul mengharapkan adanya investasi tak hanya dari Pemkot, namun juga dari pemerintah pusat. Khairul mengharapkan, melalui Gubernur realisasi pembangunan perpipaan tersebut dapat berjalan lebih cepat. “Terserah apakah bentuknya air baku atau air curah, kami siap saja. Air curah misalnya air yang sudah diolah di sana, dibeli di sini atau air baku yang kemudian disuplai ke IPA kita,” jelasnya.

Jika terjadi demikian, Khairul menyatakan lokasi terdekat untuk memasang perpipaan ialah Kabupaten Bulungan, di kawasan Sekatak. Secara teknologi, proses pemasangan pipa tersebut tidaklah berat. “Kalau tidak ada solusi, setiap tahun kita akan mengalami itu, dan itu akan terus terjadi. Masak kita harus pasrah? Ya harus ada usaha dong,” katanya optimistis. (*/zac/*/shy/lim)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X