• Senin, 22 Desember 2025

Pemkot Tetapkan Status Tanggap Darurat

Photo Author
- Jumat, 5 April 2019 | 15:29 WIB

Sebelumnya, hujan Rabu (3/4) dini hari membuat sejumlah titik di Bumi Paguntaka tertimpa bencana. Salah satu korban longsor Kelurahan Karang Anyar, Intiana mengatakan bahwa pada pukul 03.00 WITA, hujan deras dan kemudian disusul longsor yang terjadi pada pukul 03.30 WITA. Saat itu dirinya sedang tidur, namun sang suami tak dapat tidur karena harus begadang untuk melihat keadaan tanah di belakang rumah mereka.

“Bapak (suami Intiana, Red) memang baring-baring di luar. Pas masuk, suami saya langsung berteriak memanggil saya. Terus tanah sudah masuk semua di dapur,” tuturnya.

Intiana bersyukur karena tak ada korban jiwa dalam kejadian longsor ini. Namun, karena posisi kamar Intiana yang berdekatan langsung dengan dapur dan kamar mandi, Intiana mengaku panik. “Untung saya selamat. Dapur kami saja yang rusak, sebelumnya belum pernah longsor,” tangisnya.

Korban longsor di RT 6 Gang Kerupuk Kelurahan Karang Harapan, Harmiyanti mengatakan hujan selalu membawa perasaan waswas. Untuk itu ia menginginkan agar pemerintah dapat menyiring sungai di sekitar rumahnya. “Kalau bisa pemerintah cepat berikan bantuan untuk memperbaiki sungai. Dulu ditimbun pakai pasir saja, pernah juga pakai papan, tapi itu dana sendiri, tapi enggak kuat. Namanya banjir terus kan,” ujarnya.

Lurah Kelurahan Karang Anyar, Indrayadi mengatakan, bahwa titik lokasi longsor yang terjadi di Karang Anyar tersebar di 7 RT dengan 10 titik, yakni RT 15, 60, 62, 68, 70, 55 dan 26. Berdasarkan hasil kunjungannya di lapangan, Indrayadi melihat bencana longsor yang cukup parah terjadi di kawasan RT 70 dan 62 yang memiliki dinding kamar, dapur dan tempat tidur yang jebol. “Kalau kondisi seperti itu ya tidak bisa ditinggalin lagi,” bebernya.

Nah, karena longsor sering terjadi di kawasan Karang Anyar, Indrayadi menyatakan sejak awal telah mengingatkan warganya agar tidak membangun di sekitar kawasan rawan longsor. Namun peringatan tersebut kembali kepada individu masyarakat. “Yang pasti dari pihak pemerintah tidak pernah mengizinkan pembangunan di tempat rawan itu, tapi mungkin karena masalah ekonomi mengharuskan masyarakat untuk membangun meski di kawasan rentan longsor,” ujarnya.

Indrayadi menegaskan bahwa pihaknya tidak memberikan izin IMB kepada setiap masyarakat yang telah membangun di lereng gunung. Namun pelayanan seperti listrik maupun air menurutnya lebih tepat jika dipertanyakan langsung kepada instansi yang bersangkutan.

Dari sejumlah titik longsor yang terjadi, membuat satu orang korban di RT 70 atas nama Maria Fenny yang berusia 40 tahun menderita luka pada bagian paha hingga kaki akibat tertimbun longsor. Saat kejadian, Maria sempat diselamatkan dan telah ditolong tim medis.

“Kami sudah lihat kondisinya dalam keadaan sadar. Pas longsor terjadi, bu Maria itu ditimbun material longsor, kami datang sudah dievakuasi dan laporan itu kami terima dari RT,” ucapnya.

Nah, untuk longsor yang terjadi di RT 60 Karang Anyar, Indrayadi menjelaskan bahwa bangunan tersebut bukan rumah, melainkan kios yang didirikan dekat dengan sungai. Sehingga terkikis dan tergerus air sungai sehingga terjadi longsor. (*/zac/lim)

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X