Untuk itu, Nasruddin mengimbau kepada setiap peserta politik agar memaksimalkan proses kampanye di sisa minggu ini. Mengingat batas masa kampanye. Untuk itu, jika telah berakhir masa kampanye, maka KPU bersama Bawaslu dan Satpol PP akan bekerja sama untuk melakukan pencopotan alat peraga kampanye, serta seluruh media kampanye lainnya.
“Karena nanti (masa tenang), seluruh daerah harus steril, jadi tidak ada lagi pemasangan atribut kampanye. Tidak ada lagi spanduk, baliho maupun stiker yang terkumpul di mana-mana,” ujarnya.
Nasruddin menjelaskan, dalam proses kampanye umum, KPU hanya menyediakan tempat, sehingga peserta politik maupun peserta kampanye harus melaporkan kepada pihak keamanan. Pada prinsipnya jika telah terlaksana proses kampanye umum, sudah bukan menjadi ranah KPU kecuali bersifat aturan. Misalnya tidak boleh membawa senjata tajam, berkampanye SARA dan sebagainya.
“Kami hanya menyediakan tempat, masalah diberikan izin itu urusan keamanan. KPU tak perlu hadir, yang hadir cuma Bawaslu dan pihak keamanan,” jelasnya.
Nasruddin juga menyampaikan jika seluruh formulir telah diterima pihaknya. Terakhir merupakan formulir C6 dan sementara melalui proses pengepakan. Logistik tersebut akan didistribusikan ke seluruh TPS nanti.
“Sudah tidak ada lagi formulir yang kurang, tinggal kami lakukan pengepakan nanti,” imbuhnya.
Politik uang semakin gencar dilakukan oknum calon legislatif (caleg) tertentu. Dilakukan secara terang-terangan, mendatangi rumah warga. Bicara nominal uang.
SEMAKIN MASIF JELANG HARI H
Sebelumnya, sejumlah warga mengaku telah didatangi caleg atau timses tertentu. Memberi uang, sebagai imbalan akan mencoblos caleg tertentu.
Mona (57) -bukan nama sebenarnya, bermukim di salah satu rukun tetangga (RT) di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat. Minggu (7/4) pagi ia didatangi beberapa orang untuk menawarkan janji. Tidak tanggung-tanggung salah seorang dari tim tersebut masih aktif sebagai aparat di salah satu institusi.
"Masih ada, tadi pagi ada 3 orang datang meminta dukungan. Dia minta fotokopi KTP nanti dia ditukar sama uang Rp 150 ribu satu kepala. Tidak kenal orangnya, yang jelas dia sama tetangga saya yang petugas (aparat, Red)," ujarnya.
Mona sudah beberapa kali didatangi. Sebelum ini adapula caleg yang datang dengan membawa rekannya yang mengaku sebagai ulama. Pria yang mengaku pemuka agama tersebut berperan sebagai mediator untuk memengaruhi pilihan warga. "Ada juga waktu itu datang tim caleg. Saya pikir orang yang berjenggot yang suka mengajak salat ke masjid. Tapi setelah ngomong-ngomong rupanya tim caleg. Dia kasih kartu nama dan minta bantu dukungan," ucapnya.
Senada, Andi Odang (26), warga lain mengaku masih mendapat tawaran untuk memberikan dukungannya kepada salah satu caleg. "Ada barusan, diajak teman ke salah satu warung kopi. Pas di sana rupanya ada caleg dan yang dipanggil ternyata bukan saya sendiri, tapi ada banyak orang. Ngobrol-ngobrol habis itu minta bantu suara. Tapi dia bilang nanti ada uang rokoknya," ujar Andi.
Feri di Pamusian mengungkap hal yang sama. “Orang terang-terangan. Semua tetangga di sini juga didatangi,” aku Feri.