“Saya sekalipun dokter hewan. Tapi, saya optimistis mampu menjadi seorang yang benar-benar menjadi sesosok guru. Itulah mengapa buah dari rasa itu hingga melahirkan prestasi-prestasi yang ada sejauh ini,” ujar alumnus Universitas Airlangga ini.
Tak hanya itu, di tahun 2018 lalu, ia mengaku juga mendapatkan penghargaan yang tertinggi bagi seorang guru. Di mana ia mendapat Satya Lencana dari Presiden RI, Joko Widodo. Tentu, itu otomatis membuatnya sangat senang akan capaian tersebut. Karena memang tak semua bisa mendapatkan penghargaan serupa olehnya. Namun, adanya penghargaan itu diharapkan menjadi motivasi bagi dirinya untuk lebih baik lagi.
“Alhamdulillah, penghargaan di tahun 2018 pun saya dapati. Saya memang tak menyangka bisa mendapat penghargaan yang memang dalam kategori guru merupakan penghargaan tertinggi Satya Lencana itu. Termasuk, saat ini saya dipercaya sebagai pemimpin upacara dalam peringatan Hardiknas,” kata wanita yang memiliki satu orang anak ini.
Di sisi lain, penghargaan lainnya yang sampai saat ini masih tersirat dipikirannya. Yang mana, saat ia dipercaya oleh Disdikbud Kaltara untuk menjadi perwakilan guru untuk studi banding ke Eropa. Mulai dari ke Italia, Belanda dan Perancis. Menurutnya, hal itu tak pernah terbayangkan bisa sampai sejauh itu perjalanannya. Padahal, ia mengakui hanya berasal dari wilayah 3T.
“Saya tidak menyangka bisa jalan-jalan ke Eropa. Saya sangat berterima kasih kembali kepada Disdikbud Kaltara yang mempercayai saya untuk menambah ilmu di sana beberapa bulan lalu,” tuturnya.
Adapun, lanjutnya, mengenai Hardiknas ini sendiri baginya yakni agar diharapkan tenaga pendidik ke depannya harus mampu untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak sebagai bekal di masa depan mereka. Meski, di lapangan dengan berbagai kondisi yang ada dan dialami serba keterbatasan. Namun, semangat dalam menjadi seorang guru harus tetap berkobar dan semangat harus tinggi.
“Kalau untuk harapan saya semoga dunia pendidikan di Kaltara semakin lebih baik dan bermutu ke depannya,” tutup istri dari dr. Rendi Tri Darmawan Laksana ini.
Di tempat yang sama, Sekretaris Disdikbud Kaltara, Teguh membenarkan tentang konsep upacara yang dirangkai dengan orang-orang yang beprestasi sebagai pelaksananya. Sebab, menurutnya itu menjadi bentuk penghargaan kepada mereka yang telah berjuang keras dalam mengukir prestasinya. Di samping mengenalkan kepada masyarakat dan guru-guru lainnya akan capaian dari sosok guru yang mampu berprestasi hingga di tingkat nasional itu.
“Jadi, ke depannya kami terus mencoba setiap hari besar nasional pendidikan. Maka, kami akan beri pengharagaan guru-guru yang berprestasi di tingkat nasional untuk menjadi sosok pemimpin upacara di depan,” ungkapnya.
Di sisi lain, pihaknya bersyukur, dengan persiapan yang ada. Jalannya pelaksanaan upacara Hardiknas dapat dilaksanakan dengan lancar. Sosok guru yang dipercaya memimpin pun melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara sempurna.
“Kami tentu berterima kasih juga kepada para guru di provinsi termuda di Indonesia ini yang telah mampu mengukir sejarah yang baik. Harapannya, itu dapat dipertahankan dan ditingkatkan,” katanya.
Lebih lanjut, untuk perhatian dari Disdikbud Kaltara sendiri? Ia mengakui bahwa cukup banyak yang sudah diberikan. Salah satunya, mereka diikutsertakan dalam studi banding di Eropa. Tujuannya, selain menambah pengalaman mereka sebagai seorang guru. Di mana itu akan menambah kesan mereka sendiri saat berada di luar wilayahnya sendiri.
“Kita tidak memandang dari mana asalnya. Yang jelas dia merupakan seorang atau guru yang mengabdikan dirinya di Kaltara. Kemudian ia mampu berprestasi. Maka, kami tentu tak tutup mata. Penghargaaan akan tetap kami berikan kepada mereka semua,” pungkasnya. (***/eza)
“Cuma Modal Tekad dan Kerja Keras, Latar Belakang Saya Bukan Guru”