Berdasarkan pengamatan Fadrinsyah, pagi kemarin masih terlihat kabut. Namun beberapa pesawat telah mendarat di Tarakan, sebab pada dasarnya asap selalu mengikuti angin. “Kami tidak tutup. Bandara tetap buka. Kalau jarak pandang memungkinkan, ya dibuka lagi. Artinya kami stand by, kalau AirNav memberi informasi bahwa cuaca baik, maka akan langsung take off (lepas landas),” tuturnya.
Fadrinsyah mengakui bahwa pada hari-hari sebelumnya, pihaknya sempat menemukan adanya pesawat yang terpaksa tidak dapat mendarat di Tarakan dan ada pula yang harus tertunda akibat cuaca buruk. Nah, jika melihat cuaca pada 17 September, jarak pandang telah berada di titik 3.200 meter sehingga memungkinkan untuk mendarat dan lepas landas.
Kepala Bidang Teknik dan Operasi Bandara Juwata Tarakan Muhammad Auriadin menambahkan bahwa operasional penerbangan di Bandara Juwata Tarakan telah mencapai jarak pandang 5 kilometer. Berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, pesawat Lion JT 626 jurusan Jakarta-Tarakan telah mendarat pada pukul 00.50 WITA, pesawat Avia Star PK BRQ jurusan Tarakan-Nunukan lepas landas pada pukul 01.20 WITA, Lion JT 267 Surabaya Tarakan mendarat pada pukul 10.38 WITA, Batik Air JT 7271 Balikpapan-Tarakan mendarat pada pukul 03.07 WITA, Susi Air SI 332 Tarakan-Nunukan lepas landas pada pukul 03.07 WITA, dan Sriwijaya Air SJ 160 Balikpapan-Tarakan mendarat pada pukul 03.50 WITA. “Jadi penerbangan sudah berjalan normal kembali,” jelasnya.
Kepala Distrik Navigasi Kelas III Tarakan Faisal mengimbau agar setiap unit kerja perhubungan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas.
Pihaknya membutuhkan peran aktif masyarakat untuk memberikan informasi jika menemukan rambu suar yang mati kepada pihaknya. Sebab jika rambu suar menjadi mati, maka pelayaran kapal-kapal akan terganggu. “Kalau di darat ada lampu merah, jadi di laut itu juga sama. Ada rambu suar, bui, dan sebagainya. Ini tanda bagi pelaut untuk aman bertransportasi di laut,” pungkasnya. (nal/shy/lim)