Dari median jalan yang dibangun dari depan landasan pacu Bandara Juwata Tarakan, hingga daerah SMKN 2 Tarakan, dia mengaku median jalan di daerah tempat tinggalnya terpanjang.
Dijelaskannya, sepanjang Jalan Aki Balak ini ada beberapa titik median jalan yang terputus, untuk menyeberang ke ruas jalan sebelah. Tapi berbeda dengan daerahnya, sepanjang jalan hingga ke daerah SMKN 2 Tarakan dibatasi median jalan.
“Kalau di bagian sana (landasan bandara), ada beberapa titik yang terputus. Jadi kalau mau putar arah lebih dekat. Beda sama di sini, ini yang paling jauh putarnya sampai dekat STM (SMKN 2),” bebernya.
Dia mengaku keberadaan median jalan ini cukup memengaruhi usaha kecil-kecilannya. Sudah 5 tahun berjualan, tapi semenjak dibangunnya median jalan ini, pembelinya cukup sepi. “(Pembeli) agak berkurang. Karena kan dari sebelah jauh putarnya, beda sama dulu bisa potong jalan. Tapi putar jauh sampai di sana (Lanud Anang Busra), jadi sepanjang jalan itu juga banyak yang jualan, jadi langsung beli di situ,” katanya.
Dengan demikian dia berharap, instansi dapat membuka median jalan di titik-titik yang tepat untuk kendaraan menyeberang. “Kalau bisa, setiap gang median jalannya terputus, jadi tidak jauh putarnya. Orang di sini sering mengeluh, tapi mau bagaimana lagi, namanya juga aturan pemerintah,” tutupnya.
KESULITAN TENTUKAN ARAH
Rekayasa media jalan di Karang Anyar menuju Karang Balik turut dikeluhkan. Dedi Wardana (35) warga RT 02 Karang Anyar akui merasa kesulitan dengan ditutupnya beberapa jalan alternatif selama ini. Misalnya ingin ke Pasar Gusher ia harus berputar jauh melewati Karang Anyar. Sebelumnya mereka menempuh jalan tersebut menuju Jalan Mulawarman untuk menuju pasar Gusher. "Terkadang kami harus putar cukup jauh, karena biasanya dari rumah keluar tepat depan Hotel Makmur langsung ke simpang empat sangat mudah. Saat ini saya mau ke Karang Balik harus lewat Jalan Slamet Riyadi memutar lagi, begitu juga mau ke Gusher harus lewat jalan keluar dari Karang Anyar ke Mulawarman baru ketemu simpang empat yang jaraknya jelas cukup jauh menurut saya," bebernya kepada media ini.
Ia juga beranggapan, seharusnya dinas terkait mengkaji ulang sejumlah rekayasa median jalan. "Saya juga pernah, karena pulang malam dari arah Jalan Gajah Mada ke Jalan Jenderal Sudirman itu gelap. Karena di median jalan tidak ada penerangan, hanya memanfaatkan penerangan dari beberapa gedung di sekitarnya. Kalau pun dipasangi median jalan seperti yang dilakukan saat ini mungkin bisa ada penerangan mungkin, dan juga beberapa median jalan jangan terlalu panjang untuk putarannya. Jadi memudahkan masyarakat beraktivitas pagi hingga malam hari seperti saya," pungkasnya.
Selain itu Puji, salah satu pegawai bank yang berada di kawasan Jalan Yos Sudarso juga mengeluhkan hal yang sama. Pasalnya karena berkendara dengan roda empat ia harus berputar arah cukup jauh untuk bisa menuju ke tempat kerjanya tersebut. "Di beberapa jalan juga terhambat, kalau saya pastinya kerja jam setengah tujuh (06.30), jadi cukup padat di beberapa jalan. Terutama di Jalan Jenderal Sudirman, karena ada median jalan juga banyak orang yang belok, jadi terhambat, ditambah lagi dengan putaran yang saat ini sudah cukup jauh di Yos Sudarso jadi lebih memperhambat waktu ke kantor dan boros bahan bakar juga," lanjutnya. (*/one/puu/lim)