• Senin, 22 Desember 2025

Persiapkan 3 Lomba, Berhasil Menjadi Juara Dunia

Photo Author
- Sabtu, 26 Oktober 2019 | 14:16 WIB

Mulai dari WICE 2019 Tingkat Internasional di Kuala Lumpur, Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2019 Tingkat Nasional di Jakarta, serta Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2019 di Solo.

Kendati demikian, Yossy mampu menyelesaikan semua karya tulis dan penelitiannya sebelum terbang ke Kuala Lumpur.

“Yang susahnya karena waktunya terbagi untuk 3 lomba. Jadi persiapan untuk 3 lomba ini selama 2 bulan, mulai dari penelitian, karya tulis dan latihan materi. Jadi sebelum ke Malaysia, penelitian untuk lalu lintas dan OPSI harus saya selesaikan,” katanya.

Setelah dari Kuala Lumpur, ia langsung terbang ke ibu kota Jakarta, mengikuti lomba Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2019. Sebelumnya, Yossy lolos seleksi tingkat provinsi. Meraih juara 1 tingkat provinsi, ia melaju ke tingkat nasional. Kemudian 14 Oktober, ia kembali bertarung di Solo dalam lomba OPSI.

Meski tidak membawa juara untuk lomba tingkat nasional ini, tapi lelahnya patut diacungi jempol, menyelesaikan penelitian dan karya tulis untuk tiga perlombaan dalam kurun waktu dua bulan.

“Untuk lalu lintas saya angkat penelitian lampu sein otomatis, karena banyak pengendara yang sering lupa matikan lampu sein. Atau arah kanan, tapi sein kiri. Kemudian untuk OPSI saya membuat inovasi biji kepayang, dimanfaatkan sebagai bubuk pengawet daging sapi dan ikan mentah,” jelasnya.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala SMAN 1 Tarakan, Weti Heri Murtiningrum mengatakan, sangat mengapreasiasi empat muridnya, yakni Muhammad Faturrahman Marsuki, Adip Dwi Sasongko, Yossy Prananda Leksono dan Rayhan Imam Hizbullah yang menoreh prestasi di tingkat nasional maupun internasional dalam Oktober ini.

Meski beberapa tahun sudah tidak ada istilah sekolah favorit, tetapi SMA Negeri 1 Tarakan ini mampu mempertahankan prestasi-prestasi anak didiknya sejak zaman baheula. “Tiga tahun terakhir ini kan sistem penerimaan siswa berdasarkan zonasi. Tidak seperti yang lalu-lalu, kita terima yang nilainya bagus. Tapi sekarang, seberapa pun nilainya tapi ditentukan zonasi, kita harus terima,” katanya.

Rupanya sistem zonasi ini tidak meredupkan prestasi pelajar SMA Negeri 1 Tarakan. Meski saat penerimaan siswa baru dan nilai rata-rata, tetapi pahlawan mencerdaskan anak bangsa ini mampu mencetak siswa berprestasi. “Jadi setiap guru mapel (mata pelajaran) masing-masing cari 5 sampai 10 anak di dalam kelas, yang punya potensi untuk ikut kompetisi. Sehingga bisa kita awasi dan tingkatkan. Sedangkan yang lainnya, kalau memang akademiknya di bawah, jangan dipaksakan. Tapi mungkin anak itu berbakat di bidang olahraga, kesenian. Jadi tidak hanya akademiknya saja kita kejar, pasti anak-anak punya bakat di bidang lainnya,” tutupnya. (***/lim)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X