“Korban mengalami guncangan psikologis, tapi tidak sampai histeris, depresi atau sangat tertekan,” tuturnya.
“Mungkin karena kepedulian masyarakat. Bantuan materi, obat-obatan, psikologis dan kepedulian pemda. Serta kesiapan aparatur baik itu TNI, Polri, LSM dan tokoh masyarakat. Sehingga sampai saat ini kondisi korban relatif bagus,” sambungnya.
Mengajak bermain, belajar bersama dengan buku-buku yang disiapkan para relawan, ampuh membuat anak-anak kembali ceria. Beda halnya dengan orang tua, yang beberapa sempat mengalami guncangan akibat musibah yang dialaminya.
Tapi, berkat trauma healing, korban lebih merasa ikhlas. Perlahan mulai bangkit, menata kembali rutinitas sebelumnya. Kembali bekerja, dan anak-anak melanjutkan sekolah, dengan seragam yang disiapkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Tarakan, dan bantuan dari warga Tarakan.
Bahkan orang tua pun sudah mempunyai rencana, saat melangkahkan kaki keluar dari posko pengungsian.
“Mereka sudah bisa menerima kenyataan. Mereka tidak begitu terguncang parah, karena banyak dukungan dari sanak saudara dan orang sekitar. Dukungan seperti ini kita harapkan terus berlanjut sampai mereka keluar dari posko pengungsian dan mempunyai tempat tinggal lagi,” harapnya.
Lantas, apa yang diperlukan para korban saat meninggalkan posko, yang bersamaan dengan berakhirnya masa tanggap, Minggu (2/2) mendatang? Perhatian dari orang sekitarnya. Teman bermain untuk anak-anak. Juga teman berbagi untuk orang dewasa dan orang tua.
“Korban jangan dibiarkan menanggung bebannya sendiri. Mereka tetap butuh perhatian, minimal tempat untuk curhat. Saran dan dukungan orang lain, bisa membantu mereka mengatasi permasalahan ini,” imbaunya.
Dukungan dan perhatian selama berada di posko, terus dibutuhkan hingga menghantarkan para korban meninggalkan pengungsian. Tidak hanya perhatian dari keluarga, kerabat dan masyarakat. Juga tim psikolog, baik dari Polda Kaltara dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Kaltara terus memantau kondisi psikologis korban, hingga benar-benar pulih.
“Setelah mereka keluar dari posko, kami tim psikolog baik dari Polda dan HIMPSI tetap memantau kondisi psikologis korban. Kami berharap dukungan masyarakat kepada korban terus berlanjut sampai korban bisa melupakan dan iklhas terhadap kejadian ini,” harapnya. (bersambung/lim)