Empat hari mendampingi anak tersebut. Perlahan mulai terbuka. Meluapkan semua kisahnya, meski dengan mata berkaca-kaca. Terus didampingi, si anak kembali tersenyum. Mau berbagi dan bermain bersama-sama.
“Sekarang kondisinya sudah pulih. Kita kan sampai hari minggu kemarin, saat kita pamit bahkan dia merasa ditinggalkan. Tapi kita kasih pengertian, dan dia mengerti. Tapi kita berencana nanti sebelum masa tanggap berakhir, kita ke posko lagi,” lanjutnya sebagai Inspirator di Puspa Nasional.
Cepat atau lambat, para korban ini akan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Menyesuaikan lagi dengan sosial yang baru. Tapi para korban harus mampu beradaptasi. Termasuk pola asuh orang tua, yang dapat membantu anak pulih seutuhnya di lingkungan yang baru.
“Peristiwa kebakaran itu bencana yang tidak diinginkan. Tapi begitu mengalami, dia harus menyesuaikan dengan sosial yang baru. Ada tekanan yang baru, tapi dia harus membiasakan diri untuk tinggal di tempat yang baru. Ibarat pepatah, kalau kita masuk di kandang ayam, kita harus berkokok. Jadi sesuaikan dengan lingkungan,” katanya.
Untuk diketahui, dengan anggota 16 orang, Puspa Cabang Tarakan ini mulai terbentuk dalam Agustus 2019. Namun rencananya akan dideklarasi pada 22 Februari mendatang. Sejauh ini, Puspa aktif di tengah-tengah masyarakat Kota Tarakan. Berperan aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan, terapi perempuan dan anak. Mulai dari pencegahan, deteksi masalah, pendampingan, penanganan kasus, dan pemulihan psikis. (***/lim)