Dengan kegagalan itu membuat tekadnya semakin tak tertahankan untuk mengabdi di Korps Bhayangkara. Selama delapan bulan lamanya ia kembali mempersiapkan diri mengikuti tes Akpol. Dan dinyatakan lulus masuk Akpol pada 1991. “Kakak masuk Akmil. Waktu itu masih ABRI dan lolos di Akpol. Beberapa kali mewakili Sulsel untuk ikut jambore. Karena disiplin di Pramuka dan saat tes tidak jauh beda. Jalan tidak mulus mendaftar pertama 1990 gagal di Magelang, sudah dikirim dari Sulsel pemulangan terakhir,” kisahnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan Akpol, ia mendapatkan tugas pertama Magelang, Jawa Tengah. Jabatan pertama yang diemban yakni Pamapta di Polresta Magelang yang saat ini disebut Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) selama tiga bulan. Kemudian menjabat sebagai Wakasat Shabara Polresta Magelang, hingga menjadi Kasat Reskrim di Magelang.
Pada 2001 setelah menjabat sebagai Kepala KP3 Tanjung Mas, Semarang. Ia memutuskan melanjutkan pendidikan PTIK. Setelah lulus 2001, ia ditugaskan ke Kalteng dengan jabatan Kanit 3 Reserse Polda Kalteng. Kemudian Kasat IV Narkorba Ditreskrim Polda Kalteng. Setelah itu ia kembali mendapatkan promosi jabatan menjadi Wakapolres Kota Waringin Barat.
“Kalau dulu itu masih satu (reserse), sekarang ada tiga reserse mulai dari Krimum, Krimsus dan Reskoba,” sebutnya.
Setelah itu ia kembali melanjutkan pendidikan Sespim. Tahun 2012 setelah selesai pendidikan, ia menjadi Kapolres Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) sekira tiga tahun lamanya. Setelah itu pindah ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan jabatan Wadir Narkoba. Kemudian, kembali ke Mabes sebagai Kasubdit III Bareskrim. Selanjutnya, menjabat Ditreskrimsus Gorontola, Ditreskrimum Polda Sulsel, kemudian ke Aceh di Ditreskrimsus.
“Setiap tugas dan lokasi semua memiliki tantangan. Setiap jabatan juga punya tantangan. Dan setiap daerah memiliki kesan,” tambahnya. (***/eza)