Sejuah ini, pihaknya menyatakan seluruh kondisi kesehatan penumpang berdasarkan hasil scan suhu tubuh penumpang, semua dalam keadaan normal. Di mana rata-rata suhu badan penumpang berkisar 33 hingga 35 derajat celcius.
“Nah, kalau indikasi virusnya itu, suhu tubuh di atas 38 derajat celsius. Ini baru indikasinya, bukan langsung bisa dikatakan terjangkit. Jadi kalau kita temukan, akan kita lakukan wawancara dan pemeriksaan secara intensif,” jelas dr. Barullah.
Dengan sudah dilakukannya pemeriksaan rutin terhadap penumpang, sejauh ini pihaknya belum menemukan adanya indikasi penumpang yang terjangkit virus mematikan tersebut.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan, dr. Dulman mengatakan, pihaknya telah memiliki ruang isolasi tersendiri bagi penderita corona. Bahkan, dokter spesialis dan perawat tentunya sudah disiagakan di RSUD Nunukan.
“Kalau nantinya memang ada yang terindikasi, serta dirawat di RSUD, akan kita ambil juga sampel darahnya untu dikirim ke Jakarta, apakah benar positif tidaknya menunggu hasil terlebih dahulu. Untuk pengawasan kepada yang bersangkutan, lebih spesial dibanding pasien lainnya,” kata dr. Dulman.
Dalam kesempatan itu pula, dr. Dulman menyampaikan tidak perlu panik dengan kondisi saat ini. Kendati begitu, dirinya mengimbau warga untuk tetap jaga kebersihan. Biasakan mencuci tangan setelah melakukan aktivitas apapun. Jika melihat teman yang sakit, hendaklah diimbau menggunakan masker.
Isu Corona Tak Pengaruhi Aktivitas Masyarakat
Sementara itu, stok masker di Nunukan mulai kosong. Namun minimnya stok masker tidak terjadi sejak adanya warga Indonesia yang sudah terjangkit corona pada Senin (2/3) lalu yang dirilis pemerintah Indonesia langsung ke publik. Ternyata masker sudah menipis sejak sebulan lalu.
Itu diutarakan salah seorang pegawai apotek di Nunukan, Rani kepada media ini. Saat ditanya stok masker yang dijual, Rani mengaku stok masker terbatas bahkan sudah hampir habis. “Memang stoknya sudah menipis sejak bulan lalu,” ujar Rani kepada pewarta harian ini, Rabu (4/3).
Saat itu, masih ada tersisa satu masker yang dijual seharga Rp 2 ribu. Namun ketika ditanya apakah ada stok yang dijual dalam 1 kotak masker, meski ada stoknya, pihaknya tidak menjual dalam satuan kotak. “Kita tidak jual kalau perkotaknya. Kalau harga jualnya perkotak, biasanya dijual Rp 100 ribu perkotak,” tambah Rani.
Dari pantauan wartawan harian ini, tiga apotek yang disurvei juga kehabisan stok masker. Meski kosong, dalam 1 kotak tersedia 1 masker saja. Masker tersebut bisa dibeli. Sementara di sejumlah lokasi seperti Pelabuhan Internasional Tunon Taka Nunukan, sejumlah pasar, bahkan pengendara kendaraan dan jalan protokol, terpantau jarang masyarakat yang terlihat menggunakan masker.
Nana, warga Jalan Teuku Umar, Nunukan Tengah yang sempat ditanyakan media ini mengenai penggunaan masker mengaku, dirinya lebih memilih tidak menggunakan masker ketimbang menggunakan masker. Nana mengaku merasa terganggu pernapasannya jika menggunakan masker. “Tidak biasa pake masker, tidak nyaman saja dirasa, tidak suka saja pake masker,” kata Nana.
Saat dijelaskan terkait corona, Nana mengaku tahu isu yang sudah menyebar adanya warga Indonesia yang sudah terjangkit. Namun, melihat orang-orang masih enggan menggunakan masker. Nana juga memilih tidak menggunakan masker. “Lagian tidak juga sampai di sinikan, saya juga belum melihat banyak orang pakai masker, apalagi saya tidak suka pakai masker,” beber Nana.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan, dr. Meinstar Tololiu, yang juga dikonfirmasi terkait kelangkaan masker mengatakan, stok masker yang berada di gudang farmasi memang sudah menipis. “Menipis karena persediaan ini pengadaan tahun lalu, tahun ini masih dipesan,” ungkap Tololiu, kemarin (4/3).
Menurutnya, kelangkaan masker tak hanya terjadi di Nunukan saja, melainkan juga terjadi di daerah lain di mana apotek memang sedang kekurangan masker. Jika ada, kebutuhan masker juga diprioritaskan dahulu kepada petugas kesehatan di puskesmas dan RSUD.