"Tahun lalu, petani-petani di Jawa itu kelimpungan mencari pupuk ke sana ke mari tidak dapat. Bukan hanya harganya yang mahal tapi mendapatkannya juga susah. Celakanya malah banyak pupuk palsu yang dijual yang ternyata malah merusak tanaman. Jadi dalam posisi harga tinggi akan masuk pasar gelap yang menjual pupuk dengan harga tinggi," lanjutnya.
Ia mengharapkan pada momentum ini Bulog dapat mengambil langkah konkret menjalankan berbagai program untuk menekan kenaikan harga beras. Salah satunya, ialah menggelar pasar murah secara masif di seluruh Indonesia. Dengan begitu, kondisi harga yang naik tidak dimanfaatkan pedagang nakal untuk menjual beras dengan kebijakan harga sepihak.
"Kalau pedagang menjual dengan harga mahal maka berasnya tidak laku. Selain itu diperlukan peran aktif pemerintah daerah untuk melakukan distribusi pupuk subsidi secara masif agar petani lebih mudah mendapatkan pupuk sehingga tidak membeli pupuk yang mahal bahkan pupuk palsu yang bisa merusak padi. Persoalan iklim ini kan memang di luar kendali manusia, tapi kalau 2 hal itu tadi dijalankan dengan baik, maka ini bisa menekan mahalnya harga beras," ucapnya.
"Apalagi menjelang bulan Ramadan yang secara siklus menimbulkan peningkatan permintaan berbagai komoditas berdampak pada naiknya harga kebutuhan. Kalau tidak dilakulan penangan secara cepat hingga memasuki bulan ramadhan bahkan jelang Idulfitri, maka kita tidak akan bisa menghindari terjadinya inflasi nasional. Tentu hal itu akan semakin melemahkan nilai rupiah kita terhadap dollar," pungkasnya. (zar/zac/lim)