Pertemuan pada Forum Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia (Sosek Malindo) Peringkat Negeri Sabah dan Tingkat Provinsi Kalimantan Utara (Kalrata) telah dilaksanakan di Balikpapan beberapa waktu lalu.
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Provinsi (Setprov) Kaltara, Datu Iqro Ramadhan mengatakan, ada banyak hal yang dibahas dalam pertemuan antara RI-Malaysia tersebut, salah satunya terkait persoalan banjir yang kerap terjadi di Sungai Sembakung dan Lumbis, Kaltara.
“Terkait dengan penanganan banjir di Sungai Sembakung dan Sungai Lumbis ini kita sepakat untuk mengadakan penelitian,” ujar Datu Iqro kepada Radar Kaltara saat ditemui di Tanjung Selor.
Baca Juga: BRT Bisa Menjangkau hingga Permukiman, Masyarakat Samarinda Sangat Menantikan
Dalam hal ini, dari Malaysia mengadakan penelitian dan dari Indonesia juga demikian. Setelah penelitian itu ada hasil, baru dilakukan pertemuan ulang untuk melakukan pembahasan bersama dan melakukan Memorandum of Understanding (MoU).
“MoU ini dilakukan untuk memastikan Indonesia kerja apa dan Malaysia kerja apa terkait dengan penanganan banjir tersebut,” katanya. Menurut Datu Iqro, dampaknya di Kaltara itu cukup lumayan, terutama di Kecamatan Lumbis dan Sembakung. Kadang-kadang dalam satu tahun itu bisa sampai 12 kali banjir di Sungai Lumbis dan Sembakung tersebut.
“Nah, masyarakat kita cukup menderita dengan adanya banjir itu. Apalagi kadang-kadang banjir itu sampai sebulan lebih,” tuturnya. Akan tetapi, komitmen ini sudah terjadi antara Indonesia, khususnya Kaltara dengan pihak Malaysia melalui Sabah.
Ini menjadi atensi khusus karena daerah hulu Sungai Lumbis dan Sembakung itu adanya di Malaysia, yakni di Pansiangan. “Makanya ini ita lakukan penelitian bersama untuk mengetahui dan memastikan apa penyebabnya banjir ini.
Ini yang sekarang mulai kita tindak lanjuti. Sejauh ini kita katakan itu adalah banjir kiriman, karena hulu sungai itu di Malaysia,” katanya.
Pastinya, kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan nantinya, itu akan dilakukan setelah selesai dilakukan penelitian. Karena kalau tidak dilakukan penelitian, tentu tidak dapat diketahui secara pasti apa penyebab banjir tersebut.
“Nanti akan kita lakukan pembahasan ulang setelah ada hasil penelitian keluar. Ini akan dilakukan secepatnya, tidak harus menunggu pelaksanaan Sosek Malindo berikutnya. Kan Sosek Malindo itu ada tiga kertas kerja. Jadi kita bisa bicara atau melakukan pembahasan per kertas kerja,” pungkasnya. (iwk/har)