• Senin, 22 Desember 2025

Sedih, Anak di Perbatasan Nunukan-Malaysia Jalan Kaki 15 Km ke Sekolah

Photo Author
- Sabtu, 28 September 2024 | 10:23 WIB
BERBAGI BUKU: Kapolres Nunukan, AKBP Bonifasius Rumbewas saat memberikan buku kepada anak-anak WNI yang tinggal di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
BERBAGI BUKU: Kapolres Nunukan, AKBP Bonifasius Rumbewas saat memberikan buku kepada anak-anak WNI yang tinggal di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.

 

 Polres Nunukan blusukan mendatangi sejumlah sekolah SD dan SMP yang punya murid, jika pergi sekolah, mereka harus menempuh perjalanan sejauh 15 kilometer (km) dari rumahnya.

Mereka adalah anak-anak WNI dan tinggal di wilayah perbatasan RI-Malaysia karena pekerjaannya. Di tempat tinggal mereka disebutkan memang minim akan penunjang pendidikan untuk anak-anak bisa belajar. Mereka juga tidak diperbolehkan sekolah di Malaysia karena minimnya dokumen syarat untuk bersekolah.

Alhasil, jika ingin tetap sekolah, mereka harus sekolah di wilayah Indonesia sendiri tepatnya di wilayah Sebatik Barat.

“Orang tua mereka memang kerja di sana, susah untuk mendapatkan pendidikan, mereka tidak bisa menerima pendidikan bahkan pelayanan lainnya, termasuk administrasi banyak tidak terpenuhi, jadi susah bisa sekolah, padahal anak anak ini punya hak dapat pendidikan,” ujar Kapolres Nunukan, AKBP Bonifasius Rumbewas ketika diwawancarai awak media, Rabu (25/9). 

Lewat patroli dialogis kewilayahan, Polres Nunukan mendatangi anak-anak di sejumlah sekolah tempat mereka bersekolah, tepatnya di Desa Sei Limau, Sebatik Barat. Terungkap anak-anak yang ditemui di sekolahnya tersebut, antusiasnya sangat tinggi untuk bersekolah.

Untuk menuju ke sekolah, mereka setiap hari berjalan kaki sejauh kurang lebih 15 km dari barak mereka di perbatasan Malaysia, itu juga harus dilalui dengan kondisi jalan yang ekstrim, jalannya mereka becek jika sudah hujan mengguyur, bahkan mereka harus sampai tenteng sepatu, supaya sepatunya tidak rusak.

“Melihat ini muncul ide kami (Polres Nunukan) untuk mempermudah dan memfasilitasi pendidikan anak-anak tersebut dengan berkoordinasi bersama kapolda melaporkannya kemungkinan nanti dalam upaya kita untuk memfasilitasi dan mempermudah mereka mengakses pendidikan, rencananya kami akan membangun rumah baca untuk membantu pendidikan dan bimbingan belajar,” ungkap Boni.

Pihaknya sudah ke lokasi melihat wilayah tersebut. Dengan rencana tersebut, tentu butuh lahan untuk membangun rumah belajar yang sifatnya tidak pinjam pakai, namun sudah permanen untuk digunakan untuk berkelanjutan pembinaan anak-anak tersebut.

Saat mengunjungi langsung, Boni sendiri mengaku disambut antusias perangkat desa di wilayah tersebut. Bahkan pihaknya difasilitasi hingga ke lokasi melihat lokasi lahan yang memungkinkan bisa digunakan.

“Yang menguntungkan pihak kita, saat ada pengukuran wilayah patok, Sebatik punya wilayah lahan baru yang lahan tersebut sudah merupakan tanah negara, lahan itulah yang rencananya dihibahkan ke kami dan akan kami manfaatkan,” kata Boni.

Rumah tersebut akan menjadi rumah belajar yang punya fasilitas untuk proses belajar mengajar, lengkap dengan buku beserta tenaga pengajar yang akan mendampingi mereka belajar.

Boni mengaku ada banyak anak sekolah yang sejatinya membutuhkan rumah belajar tersebut dan banyak faktor yang membuat mereka tidak mudah untuk bisa pergi ke sekolahnya masing-masing.

“Sekolah mereka itu bahkan sudah tahu sekali, jika mereka terlambat datang ke sekolah itu karena apa, karena mereka harus berjalan kaki jauh dan berangkat dari waktu subuh hari,” tutur Boni.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X