NUNUKAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan memastikan penyebab keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Pulau Sebatik adalah kontaminasi bakteri Bacillus cereus.
Kepastian ini diperoleh setelah hasil uji laboratorium dari BPOM Tarakan dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Surabaya menunjukkan temuan bakteri yang sama pada sampel makanan dan spesimen korban.
Kepala Dinkes Nunukan, Hj. Miskia, menjelaskan bahwa dari lima jenis makanan yang diuji (telur balado, tahu balado, nasi putih, tumis wortel, dan sawi putih), tidak ditemukan cemaran kimia berbahaya. Namun, uji mikrobiologi menunjukkan sebagian sampel terkontaminasi Bacillus cereus, bakteri yang umum menyebabkan gejala mual, muntah, nyeri perut, dan diare.
“Hasil dari BPOM dan BBLKM konsisten. Artinya, sumber keracunan berasal dari bakteri yang tumbuh pada makanan akibat proses pengolahan dan penyimpanan yang tidak sesuai,” jelas Miskia, Kamis (16/10).
Faktor Pemicu: Suhu Ruang dan Higienitas Buruk
Miskia menyebutkan, bakteri muncul dan berkembang biak karena makanan disiapkan terlalu lama sebelum disajikan dan dibiarkan pada suhu ruang. Suhu ruang menjadi media ideal bagi pertumbuhan Bacillus cereus.
Selain itu, ditemukan sejumlah praktik yang memperparah risiko kontaminasi, termasuk:
Penggunaan kipas angin untuk mendinginkan makanan.
Penyimpanan dalam wadah besar di kulkas tanpa pengaturan suhu yang tepat.
Pemanasan kembali makanan sisa secara tidak sempurna.
Cara pembersihan alat makan dan higienitas penjamah makanan yang kurang memenuhi syarat.
Dapur SPPG Ditutup Sementara
Untuk mencegah kasus serupa terulang, Dinkes Nunukan mengambil langkah tegas dengan menutup sementara dapur Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Yayasan Bina Pendidikan Yatim Sebatik.
Penutupan ini bertujuan untuk pembenahan sistem pengolahan makanan, peningkatan kebersihan dapur, dan pelengkapan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).