Penyebab utama kanker adalah perubahan (mutasi) genetik pada sel sehingga sel tersebut tumbuh tidak normal. Sebenarnya, tubuh memiliki mekanisme sendiri untuk menghancurkan sel abnormal ini. Namun, bila mekanisme tersebut gagal, maka sel abnormal akan tumbuh secara tidak terkendali.
Banyak faktor yang meningkatkan risiko kanker. Mulai dari riwayat keluarga, infeksi virus, merokok, gangguan hormon hingga gaya hidup tidak sehat. Termasuk salah salah satunya yang kini yang banyak disoroti sebagai faktor peningkat risiko kanker adalah pola makan dan minum tidak sehat.
Ahli Gizi Saibatul Hairiyah menjelaskan, ada beberapa makanan dan minuman yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker. Contohnya termasuk makanan tinggi lemak jenuh, makanan olahan yang mengandung bahan tambahan kimia tertentu seperti boraks, formalin, dan rhodamin. Juga daging merah yang diproses atau diawetkan, makanan tinggi gula, dan minuman beralkohol.
“Proses karsinogenik dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, termasuk pembentukan senyawa karsinogen selama pemrosesan makanan atau melalui pengaruh langsung pada sel-sel tubuh,” ucap Saiba kepada Kaltim Post, Jumat (2/2).
Lantas bagaimana dengan mereka yang telah mengidap kanker? Saiba menyebut setiap individu dan jenis kanker dapat memiliki kebutuhan yang berbeda. Tetapi umumnya disarankan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan iritasi atau mengganggu proses penyembuhan. Contoh termasuk makanan pedas atau asam, makanan olahan tinggi gula, dan alkohol.
“Sumber protein hewani yang diawetkan atau dikalengkan, protein nabati yang diawetkan, sayuran yang diawetkan dan buah yang diawetkan,” ujarnya. Penting juga untuk memperhatikan reaksi tubuh masing-masing dan berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter untuk panduan yang lebih spesifik.
Kepada individu yang menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi, dirinya mendorong perlu mendapatkan dukungan gizi yang memadai. Sebagai nutrisionis, dirinya merekomendasikan asupan protein yang cukup untuk mendukung pemulihan dan mempertahankan massa otot. Konsumsi serat dari buah-buahan, sayuran, dan sumber biji-bijian utuh untuk menjaga kesehatan pencernaan. Pemenuhan kebutuhan cairan untuk mencegah dehidrasi, terutama jika ada efek samping seperti mual dan muntah.
“Asupan nutrisi lainnya, termasuk vitamin dan mineral, sesuai dengan kebutuhan individu,” jelasnya.
Pada penderita kanker dengan gangguan mulut dan tenggorokan akan sering mengalami sakit pada saluran pencernaan bagian atas. Makanan yang diberikan sebaiknya dalam bentuk tekstur dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi penderita, yaitu dapat diberikan makanan saring dengan bumbu tidak tajam/merangsang, sebelum makan mulut penderita harus dalam keadaan bersih.
“Bilas dengan air dan NaHCO3, hindari makanan yang asam dan asin. Makanan diberikan dalam porsi kecil. Pada penderita kanker yang mengalami anemia sebaiknya diberikan diet seimbang dengan protein bernilai biologis tinggi, penuhi kebutuhan vitamin B kompleks, besi dan Vitamin C,” imbuhnya.
Di sisi lain, Saiba juga menyinggung pengobatan melalui konsumsi bahan-bahan herbal. Menurutnya, meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan potensi anti-kanker dari beberapa bahan herbal, perlu diingat bahwa pengobatan kanker harus didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat. Bahan herbal tidak boleh dianggap sebagai pengganti terapi medis yang telah ditetapkan oleh dokter.
“Beberapa herbal yang telah diteliti untuk potensi anti-kanker termasuk kurkumin (ditemukan dalam kunyit), teh hijau, dan beberapa jenis jamu tertentu. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan herbal sebagai bagian dari rencana pengobatan,” ujarnya. (rdh/dwi)